PENERAPAN METODE POTENSIAL DIRI (SELF POTENTIAL) UNTUK MENENTUKAN POLA PENYEBARAN DAN KEDALAMAN MINERAL DI KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER
Abstract
RINGKASAN
Penerapan Metode Potensial Diri (Self Potential) untuk Menentukan Pola
Penyebaran dan Kedalaman Mineral di Kecamatan Silo Kabupaten Jember;
Nanang Setyawan, 040210102316, 2009, 46 halaman; Program Studi Pendidikan
Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Jember.
Wilayah Indonesia memiliki sebaran mineral ekonomis yang tidak merata
dan sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi daerah-daerahnya. Mineral ekonomis
adalah mineral bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis. Usaha penelusuran
keberadaan mineral-mineral ekonomis telah banyak dilakukan. Mineral ekonomis
dapat digolongkan sebagai mineral logam, mineral non-logam dan mineral industri.
Di Pulau Jawa, sebagian besar cebakannya merupakan cebakan mineralisasi epitermal
sulfidasi rendah dan mineral yang dihasilkan adalah mineral sulfida. Mineral-mineral
mempunyai banyak kesamaan karakteristik metalik dan konduktivitas listriknya.
Daerah Baban Kecamatan Silo merupakan daerah cebakan mineralisasi epitermal
sulfidasi rendah. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui pola penyebaran dan kedalaman dari mineral di daerah Silo Kabupaten
Jember.
Metode potensial diri sebagai salah satu metode geolistrik dapat digunakan
untuk mendeteksi keberadaan mineral dari sifat konduktivitas listrik yang dimiliki
sulfida. Metode potensial diri adalah metode pengukuran potensial listrik alami dari
dalam bumi. Metode potensial diri sudah dikenal sejak lama dan banyak digunakan
untuk penelitian–penelitian tentang air tanah dan eksplorasi logam-logam dasar
terutama mineral . Berdasarkan uraian di atas, metode potensial diri diharapkan dapat
mengetahui pola penyebaran dan kedalaman dari mineral di daerah Silo Kabupaten
Jember.
Akuisisi data penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September
2008 di Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Luas daerah pengukuran untuk penelitian
ini diambil panjang daerah dan sekaligus panjang lintasan 560 m, lebar 600 m, spasi
viii
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
25 m, dan jarak antar lintasan 80 m. Akuisisi data menggunakan konfigurasi katak
lompat. Data yang diperoleh dari masing-masing lintasan selanjutnya diolah secara
grafis antara beda potensial dengan jarak. Kemudian untuk mendapatkan kontur beda
potensial data diolah dengan software surfer for windows7.0. Dari kontur beda
potensial tersebut kemudian dibuat kurva potensial sehingga kedalaman mineral
dapat dihitung dengan permodelan berbentuk titik.
Hasil penelitian menunjukkan ada tiga titik pusat anomali. Pusat anomali
mineral pertama terletak pada lintasan dua dalam titik X dan Y (162,16 ; 119,45)
meter atau 119,45 meter dari titik koordinat awal pengukuran lintasan dua (08,19540
LS 113,5253
0
BT) dengan kedalaman 15,15 meter. Pusat anomali mineral yang
kedua terletak pada titik X dan Y (161,49 ; 428,99) meter atau 428,99 meter dari titik
koordinat awal pengukuran lintasan dua (08,19540
ix
0
LS 113,5253
BT) dengan
kedalaman 16,10 meter. Pusat anomali mineral ketiga berada di lintasan empat dalam
titik X dan Y (321,34 ; 401,58) meter atau 401,58 meter dari koodinat awal pengukura
lintasan empat (08,19499
0
LS 113,5257
0
BT) kedalamannya 18,90 meter.
Collections
- UT-Faculty of Law [6214]