HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER
Abstract
Dari 200 juta anak di bawah usia 5 tahun di negara-negara berkembang di
dunia, lebih dari sepertiganya tidak terpenuhi potensinya untuk perkembangan
(UNICEF, 2006). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2003 Departemen Kesehatan
RI melakukan skrining perkembangan di 30 provinsi di Indonesia dan dilaporkan
45,12% bayi mengalami gangguan perkembangan. Selain itu, di Jawa Barat
hampir 30% anak mengalami keterlambatan perkembangan dan sekitar 80%
diantaranya disebabkan oleh kurangnya stimulasi (Fadlyana, 2004).
Pada pertumbuhan otak terdapat periode tertentu di mana terdapat
kesempatan yang baik jika dimanfaatkan atau resiko yang besar jika periode ini
terlewat begitu saja. Pada periode kritis ini bagian otak tertentu masih sedang
dalam pertumbuhan yang intensif dan fleksibel, yang disebut juga “window of
opportunity” atau “golden periods”. Dengan adanya konsep periode kritis ini
menunjukkan bahwa awal kehidupan sangatlah penting dan sangat sulit untuk
melakukan kompensasi apabila ada pengalaman yang hilang di awal
perkembangan. Oleh karena itu rangsangan/ stimulasi pada periode ini sangat
berguna agar potensi anak dapat berkembang (Soetjiningsih , 2008).
Ibu sebagai pengasuh terdekat seorang anak harus mengetahui lebih banyak
proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta faktor-faktor yang
mempengaruhi proses itu (Pramusinta et al, 2003). Pengetahuan ibu tentang
perkembangan anak sangatlah penting karena dapat mengarahkan ibu untuk lebih
berinteraksi dengan anak sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh pada
perkembangan anak. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak
ix
cenderung akan menciptakan lingkungan yang sesuai untuk munculnya
kemampuan anak (Tamis-LeMonda, et al, 2002).
Perkembangan motorik adalah suatu proses belajar, kontrol dan reaksi
hubungan otot. Pekembangan motorik meliputi dua hal yaitu perkembangan
motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Gerakan motorik kasar
merupakan gerakan tubuh yang melibatkan seluruh otot besar, sedangkan gerakan
motorik halus merupakan gerakan otot-otot kecil. Pemantauan perkembangan
motorik anak usia dua tahun pertama penting dilakukan dengan alasan: 1)
manusia belajar dari motorik; 2) ada urutan perkembangan motorik yang alami; 3)
banyak bidang akademik dan kinerja kognitif yang berakar pada keberhasilan
pengalaman motorik (Pramusinta et al., 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik anak. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian Observasional Analitik, dengan
rancangan Case Control Study melalui pendekatan kuantitatif. Teknik
pengambilan kasus dan kontrol dalam penelitian ini adalah dengan cara non
probability sampling dengan metode consecutive sampling. Anak usia 6 – 24
bulan diobservasi perkembangan motoriknya dengan menggunakan formulir
KPSP, apabila anak tersebut diduga mengalami keterlemabtan perkembangan
motorik maka digolongkan ke dalam kelompok kasus dan sebaliknya bila
perkembangan motorik anak tersebut normal maka digolongkan ke dalam
kelompok kontrol. Selanjutnya dari kedua kelompok tersebut ditelusuri secara
retrospektif mengenai riwayat pengetahuan ibu tentang stimulasi dini, apakah
tergolong kurang, cukup atau baik. Data tersebut kemudian dianalisis secara
bivariabel dengan Uji Marginal Homogeneity dan Uji Conditional Regression
Logistic dengan tingkat kemaknaan 95% ( p < 0,05).
Pada penelitian ini didapatkan besar sampel sejumlah 259 responden dari 6
wilayah kerja Puskesmas, yakni Pustu Mrawan, Seputih, Tegalwaru, Mayang,
Sidomukti dan Tegalrejo. Sampel tersebut kemudian dibagi menjadi dua
kelompok berdasarkan proses matching sehingga didapatkan dua data
x
berpasangan yang terdiri atas 71 kelompok kasus dan 71 kelompok kontrol. Anak
yang tergolong kelompok kasus, didapatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi
dini 53,5% kurang, 39,4% cukup dan 7,0% baik. Sedangkan anak yang tergolong
kelompok kontrol, didapatkan pengetahuan ibu tentang stimulasi dini 16,9%
kurang, 35,2% sedang dan 47,9% baik.
Berdasarkan hasil analisis bivariabel dengan uji statistik Marginal
Homogeneity didapatkan nilai significancy (p=0,000), artinya adalah secara
statistik pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik
memiliki hubungan yang bermakna. Sedangkan hasil analisis bivariabel dengan
uji Conditional Regression Logistic didapatkan nilai significancy (p=0,000),
artinya adalah secara statistik pengetahuan ibu tentang stimulasi sini mempunyai
pengaruh yang bermakna dengan perkembangan motorik. Sementara itu dengan
uji Conditional Regression Logistic juga didapatkan nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 4,950 yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan ibu
tentang stimulasi dini maka anak memiliki resiko sebesar 4,950 kali untuk
mengalami dugaan keterlambatan perkembangan motorik.
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan
perkembangan motorik anak. Kelompok anak dengan pengetahuan ibu yang
kurang tentang stimulasi dini memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadi
dugaan keterlambatan perkembangan motorik dibandingkan dengan kelompok
anak dengan pengetahuan ibu yang baik.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]