UJI KETAHANAN ISOLAT Azotobacter TERHADAP ANTIBIOTIK
Abstract
Azotobacter merupakan salah satu bakteri tanah yang mampu menambat
nitrogen secara nonsimbiotik. Azotobacter juga mampu memproduksi fitohormon
auksin, sitokinin dan giberelin. Salah satu keberhasilan aplikasi Azotobacter ke tanah
adalah faktor kompetisi. Kemampuan kompetisi tersebut dapat ditunjukkan ketahanan
terhadap mikroba penghasil antibiotik. Semakin tahan suatu mikrob terhadap
berbagai antibiotik maka daya kompetisi dalam tanah semakin tinggi. Di dalam tanah,
produksi antibiotik tidak terjadi pada keseluruhan massa tanah, tetapi hanya pada
situs yang ketersediaan haranya cukup. Mikroba tanah penghasil antibiotik meliputi
golongan aktinomicetes (sekitar 70%), fungi (sekitar 20%) dan bakteri (sekitar 10%),
(Suwandi, 1992).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan isolat Azotobacter
terhadap antibiotik. Isolat yang digunakan pada penelitian ini adalah Az 11, Az 16
dan Az 19 diisolasi dari rizosfer tebu di daerah Ledok Ombo Jember dan telah
dikarakterisasi berdasarkan sifat morfologi (Arimurti et al., belum publikasi).
Antibiotik yang digunakan adalah tetrasiklin, kloramfenikol, streptomisin dan
kanamisin dengan seri konsentrasi (0, 50, 100, 150, 200, 250, 300) ppm,
menggunakan metode Sumur Agar (Madigan et al., 1997).
Hasil penelitian terhadap ketahanan isolat Azotobacter terhadap antibiotik,
menunjukkan bahwa isolat Az 11, Az 16 dan Az 19 mempunyai ketahanan semakin
rendah dengan semakin tingginya konsentrasi antibiotik ditunjukkan dengan semakin
tinggi konsentrasi antibiotik, semakin besar zona hambat terbentuk. Ketiga isolat
Azotobacter Az 11, Az 16 dan Az 19 paling tahan terhadap antibiotik kloramfenikol
dibandingkan dengan antibiotik tetrasiklin, streptomisin dan kanamisin. Isolat Az 16
viii
dan Az 19 mempunyai karakter morfologi yang sama, tetapi mempunyai ketahanan
terhadap antibiotik berbeda. Isolat Az 19 mempunyai ketahanan terhadap antibiotik
lebih tinggi dibandingkan isolat Az 16 dan Az 19.