MAKNA MUSIK METAL UNDERGROUND BAGI METALHEAD (Studi Deskriptif terhadap Band-band Metal Underground di Kabupaten Jember)
Abstract
Musik metal underground memberikan warna tersendiri bagi gerakan
subkultur yang menolak “kemapanan”, terutama trend musik yang berkembang di
masyarakat. Di Jember, hal itu tampak dari keberadaan komunitas Jember Metal
Heads (JMH) dan Jember Death Grind (JDG) sebagai komunitas musik metal
underground yang konsisten dengan idealisme bermusiknya tanpa terpengaruh oleh
trend. Ditengah dominasi musik pop mainstream yang menjadi selera umum
masyarakat, para metalhead (sebutan untuk musisi metal underground) masih tetap
bertahan pada jenis musiknya, terlepas apakah orang lain menyukainya atau tidak,
mereka tidak peduli, meskipun sebenarnya mereka juga berharap bahwa suatu saat
nanti masyarakat bisa menerima musik mereka.
Keberadaan mereka (metalhead) dan komunitas metal underground pada
umumnya di tengah-tengah masyarakat hampir tidak banyak diketahui oleh
khalayak, namun yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa
band-band metal underground bagaikan artis di “dunianya”, yaitu komunitas metal
underground. Banyak hal yang bisa digali dari keberadaan komunitas metal
underground tersebut terkait dengan idealisme yang menjadi mindset para metalhead
untuk tetap bertahan pada jalur musik metal underground. Sehingga pertanyaan yang
muncul kemudian adalah apa makna musik metal underground bagi metalhead?
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
mendeskripsikan makna musik metal underground bagi metalhead. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball sampling dan purposive
sampling. Teknik snowball sampling digunakan untuk menentukan informan pokok.
Sedangkan purposive sampling digunakan untuk menentukan informan tambahan.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan menggelar data,
reduksi data (pemilahan data), pemeriksaan keabsahan data (Trianggulasi), sehingga
didapat pemaparan deskriptif dan memudahkan penulis mengambil kesimpulan.
Dalam perspektif subkultur, fenomena musik metal underground merupakan
bagian dari kultur/budaya tandingan dari komunitas/musisi metal underground
(metalhead) untuk membedakan dirinya dengan musik-musik mainstream yang
menjadi selera umum masyarakat. Musik yang terkesan nyleneh tersebut seakan
merupakan identitas bagi mereka (metalhead) untuk mengukuhkan eksistensinya di
tengah-tengah masyarakat. Para metalhead mempunyai cara tersendiri dalam
berkarya dan menuangkan ide-ide kreatif mereka dalam bermusik, diantaranya
adalah indie label (sistem rekaman dan distribusi hasil karya yang dilakukan secara
mandiri) dan keberanian serta kepekaan mereka (metalhead) terhadap realitas yang
mereka tuangkan kedalam lirik-lirik lagu.
Upaya para metalhead untuk tetap bisa berkarya dan berekspresi seringkali
menemui kendala yang disebabkan oleh sikap dari sebagian besar masyarakat yang
terkesan diskriminatif. Para metalhead hampir tidak mempunyai akses untuk bisa
tampil di event-event/pementasan musik pada umumnya karena sikap diskriminasi
dari pihak panitia yang menganggap musik metal underground kurang menghibur
dan tidak mempunyai nilai komersil.
Menyikapi perlakuan diskriminatif terhadap musik metal underground, maka
seringkali para metalhead menggelar event (pementasan) musik secara mandiri yang
diperuntukkan khusus bagi band-band metal underground. Di event inilah musisimusisi
metal
underground
bisa dengan bebas berekspresi
ditengah sulitnya akses untuk tampil di event-event musik umum (non-underground). Event musik metal
underground juga bukan sekedar event musik biasa yang hanya bertujuan sebagai
sarana hiburan, namun juga sebagai manifestasi dari sikap solidaritas dan
kebersamaan diantara sesama metalhead. Terbukti dari hampir semua dana yang
dibutuhkan untuk menggelar event berasal dari mereka sendiri tanpa terlalu
mengandalkan bantuan dari sponsor. Sikap kemandirian itulah yang oleh mereka
(metalhead) disebut sebagai Do it Yourself (DIY) atau “Lakukan sendiri” yang
merupakan etika umum di kalangan komunitas underground.
Ada beberapa hal/aspek yang mendasari pemaknaan para metalhead terhadap
musik metal underground sehingga mereka mampu bertahan di tengah kepungan
musik-musik pop komersil yang menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat,
diantaranya yaitu kebanggaan diri, kepuasan bermusik, dan kebebasan berekspresi.
Ketiga hal itulah yang membuat mereka (metalhead) tetap konsisten berada di jalur
musik metal underground tanpa terpengaruh oleh musik-musik lainnya.