ANALISIS INTOKSIKASI DEET DALAM REPELLENT PADA KASUS BUNUH DIRI DAN STUDI INVIVO PADA MENCIT
Abstract
Beberapa waktu terakhir kasus kematian dengan cara bunuh diri cukup
meningkat khususnya dengan menggunakan lotion yang digunakan untuk mencegah
gigitan dari serangga misalnya nyamuk, lalat, kutu dan insect. Di Indonesia sendiri
kasus dilaporkan banyak intoksikasi lotion yang dicampur tembakau sedangkan ada
kasus yang terjadi disebabkan oleh lotion yang dicampur miras. Prinsip dasar yang
harus dipahami semua orang ketika kita menggunakan lotion pencegah nyamuk
adalah cara penggunaan dianjurkan lokal dan kandungan bahan aktif yang terdapat di
dalamnya.
DEET (Dithyltoluamide)merupakan bahan aktif yang paling banyak dan
sering digunakan untuk repellent di Indonesia. Semua produk yang ditujukan untuk
mengendalikan nyamuk adalah racun, tidak ada satupun racun yang benar- benar
aman. Begitupul dengan Repellent. Kandungan repellent seperti bahan aktif DEET
merupakan bahan korosif. Walaupun telah ditambahkan dengan zat-zat lain seperti
aloe vera atauyang berfungsi sebagai zat pelembab, lain zat ini tetap berbahaya.
Penggugunaan repellent hanya jika dalam keadaan benar-benar dibutuhkan dan
jangan digunakan pada kulit sensitif apalagi sampai terhirup atau tertelan. Karena jika
sampai tertelan akan menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti mual
dan muntah (tertelan dalam jumlah kecil), biasanya bersifat reversibel. Dosis yang
lebih tinggi menyebabkan hipertensi, takikardia, kejang, depresi sistem saraf pusat,
lethargi, ataksia, tremor, opisthotonus, hyipertonia, hepatitis toksik, depresi saluran
pernafasan dan koma.Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui efek apa yang timbul setelah
minum repellent yang mengandung DEET pada kasus percobaan bunuh diri dan pada
hewan coba (mencit). Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang harus di amati,
yaitu perubahan prilaku pada hewan coba, perubahan macroskopik pada esophagus
dan lambung, kelainan pada darah, gejala klinis pasien dan membandingkan kelainan
pada keduanya.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Jember pada bulan Februari 2011. Dari hasil pengamatan
secara langsung menggunakan bantuan alat bedah dll, pada (K
) terlihat normal dan
tidak mengalami perubahan. Pada perlakuan (P) yang di beri repellent dengan dosis
500 µL, terdapat perubahan prilaku dan macros, terdiri atas tubuh lemas, tidak mau
makan dan minum, gangguan pencernaan (pembesaran usus), dan pedarahan pada
lambung. Pada perlakuan (P) yang diberi repellent dengan dosis 750 µL didapatkan
adanya kelumpuhan pada 2-4 jam setelah pemberian pertama lalu mengalami kejang
pada 1 jam berikutnya, pembesaran lambung dan perdarahan esophagus.
ix
(-)
Hasil analisis didapatkan bahwa kandungan DEET yang terdapat pada
repellent termasuk jenis racun akut pestisida rumah tangga. Terbukti bahwa
meminum kandungan DEET ini dapat menyebabkan intoksikasi akut baik pada
hewan coba maupun manusia.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]