ENGARUH PENYEMPROTAN EKSTRAK KOMPOS LIMBAH SAYURAN YANG DIPROSES SECARA TERBUKA TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Gloeosporium piperatum Ell. et Ev.) PADA CABAI MERAH
Abstract
Penyakit Antraknosa merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman
cabai merah, karena dapat menurunkan produksi hingga 50%. Penyakit ini
disebabkan oleh dua jenis jamur yang berbeda, yaitu Gloeosporium piperatum Ell.
et Ev. dan Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. et Bisby. Ekstrak kompos limbah
pasar diketahui mengandung senyawa yang bersifat toksik terhadap patogen, pada
konsentrasi 5-15% dapat menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum.
Ekstrak kompos limbah sayuran diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
teknik pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai merah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan ekstrak kompos limbah
sayuran yang diproses secara terbuka terhadap perkembangan penyakit antraknosa
pada tanaman cabai merah.
Ekstrak kompos yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak kompos
limbah sayuran yang telah diinkubasikan dalam keadaan terbuka selama tujuh hari
dengan macam pembuatan ekstrak kompos meliputi ekstrak kompos (BO+EM-4
)
+ P. aeruginosa (EK1), ekstrak kompos (BO+EM-4
iv
®
) –P. aeruginosa (EK2),
ekstrak kompos (BO–EM-4
(BO–EM-4
®
®
)+P. aeruginosa (EK3) dan ekstrak kompos
)–P. aeruginosa (EK4). Penelitian di laboratorium dilakukan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, faktor pertama yaitu EK1, EK2, EK3,
EK4 dan faktor kedua yaitu konsentrasi 0.5 kg/l (K1), 0.3 kg/l (K2) dan 0.2 kg/l
(K3) setiap perlakuan diulang lima kali. Penelitian di lapangan dilakukan dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, faktor pertama terdiri atas H
O (K),
Antracol 70WP (F), Ek1, EK2, EK3, EK4 dan faktor kedua yaitu saat
penyemprotan pertama T
15
(15 hst), T
20
(20 hst), T
25
(25 hst) dan T
(30 hst).
Setiap perlakuan diulang lima kali. Rerata antarperlakuan dibedakan dengan uji
Duncan taraf 5%. Hasil identifikasi penyebab penyakit antraknosa yang diisolasi dari cabai
merah yang menunjukkan gejala penyakit antraknosa diketahui penyebabnya yaitu
G. piperatum. Uji in vitro menunjukkan bahwa EK1, EK2 dan EK3 dengan
penghambatan pertumbuhan koloni G. piperatum berturut-turut yaitu 53.90%,
51.89% dan 56.51% efektif menghambat pertumbuhan koloni G. piperatum
dibandingkan dengan EK4 dengan penghambatan pertumbuhan koloni
G. piperatum yaitu 45.98%. Konsentrasi ekstrak kompos yang berbeda tidak
berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan koloni G. piperatum pada media
PDA. Penghambatan pertumbuhan koloni G. piperatum pada media PDA tidak
dipengaruhi oleh interaksi antara macam pembuatan ekstrak kompos dengan
konsentrasi yang berbeda.
Pada uji in vivo diketahui bahwa EK3 efektif menekan keparahan penyakit
antraknosa dibandingkan dengan EK4. Keparahan penyakit antraknosa pada EK3
lebih rendah (2.80%) dibandingkan dengan keparahan penyakit pada EK4 yaitu
5.52%. Saat penyemprotan pertama ekstrak kompos yaitu T
v
15
(15 hst), T
(20
hst), T
25
(25 hst) dan T
(30 hst) tidak mempengaruhi keparahan penyakit
antraknosa pada tanaman cabai merah. Keparahan penyakit ini masih tergolong
keparahan penyakit rendah. Keparahan penyakit antraknosa di lapangan tidak
dipengaruhi oleh interaksi antara macam pembuatan ekstrak kompos dengan saat
penyemprotan pertama.
30
Berat kumulatif buah cabai merah segar yang disemprot dengan EK1,
EK2, EK3 dan EK4 berturut-turut yaitu 2182.54 g, 2203.91 g, 2074.63 g dan
2054.85 g lebih tinggi dibandingkan dengan H
O (K) yaitu 78.73 g dan Antracol
70WP (F) yaitu 80.83 g. Berat kumulatif buah cabai merah segar tidak
dipengaruhi oleh saat penyemprotan pertama ekstrak kompos.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]