PERILAKU SEKSUAL WARIA (Studi Kualitatif pada Waria di Kabupaten Jember dalam Penerapan Health Belief Model)
Abstract
Terjadinya waria disebabkan oleh faktor biologis, psikologis dan sosiologis.
Waria memiliki konsep diri yang rendah karena mengalami kebingungan dalam
menentukan identitas seksualnya, menyebabkan waria tidak bisa diterima dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Akibatnya tekanan sosial dalam bentuk stigma
dan diskriminasi kerap menimpa waria. Kondisi ini menimbulkan perilaku seksual
waria yang rentan terhadap penularan IMS dan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis bagaimana perilaku seksual pada waria di Kabupaten Jember.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Informan diambil secara
purposive sampling pada 10 waria di Kabupaten Jember, yang berprofesi sebagai
salon dan nyebong. Data dikumpulkan dengan indepth interview, dan dianalisa secara
thematic content analysis.
Hasil penelitian ini adalah responden sebagian besar berumur kurang lebih 20
tahun dan hanya sebagian kecil yang berumur ≥30 tahun. Tingkat pendidikan
responden sebagian besar rendah. Sebagian besar responden mengalami hubungan
seks pertama dengan sesama jenis pada usia usia 9-20 tahun. Sebagian besar
responden menngaku bahwa pengalaman berhubungan seks yang pertama tersebut
dilakukan atas dasar perasaan penasaran bagaimana merasakan hubungan seks
dengan sesama jenis. Karena dalam diri mereka memang sudah ada ketertarikan
dengan kaum laki-laki. Pengetahuan responden tentan IMS dan HIV/AIDS sebagian
besar rendah. Status pernikahan responden sebagian besar belum menikah. Mereka
merasa dirinya perempuan. Sehingga untuk menikah, mereka cari pasangan laki-laki.
Hanya ada 2 responden yang statusnya menikah. Mereka berpikiran untuk
mempunyai keturunan dan juga karena keterpaksaan dipaksa oleh keluarga.
Meskipun mereka punya istri, mereka juga memiliki pasangan laki-laki bahkan sering
berganti-ganti pasangan.
Rata-rata mempunyai pasangan seksual tetap, namun tidak memutup
kemungkinan baik responden maupun pasangan tetapnya berhubungan seks dengan
orang lain. Responden yang tidak memiliki pasangan tetap, memperoleh pasangan
melalui chating, nongkrong di cebongan, serta dengan pergi jalan-jalan bersama
kelompok waria lainnya. Alasan responden melakukan hubungan seksual adalah
untuk mengungkapkan rasa cinta dan kesenangan seksual. Sebagian besar responden
menyukai tehnik berhubungan seks secara anal-seks dan oral seks, karena alasan ingin diperlakukan sebagai perempuan dalam berhubungan seks. Sebagian besar
responden menyukai pasangan brondong. Apabila dilihat dari usia pasangan tetap,
sebagian besar responden memiliki pasangan tetap yang berusia lebih muda dari
responden. Sebagian kecil memiliki pasangan tetap yang usianya jauh diatas
responden. Hal ini terkait dengan selera responden dalam memilih pasangan. Adapun
tempat yang digunakan responden dalam melakukan hubungan seks dengan
pasangannya sangat bervariasi. Frekuensi melakukan hubungan seks, sebagian besar
responden lebih banyak melakukan dengan pasangan tidak tetap mereka. Sebagian
besar responden termasuk dalam transsexual homoseksual dan sebagian kecil
transsexual heteroseksual. Pengobatan yang dilakukan bila ada luka sebagian besar
responden dengan melakukan pengobatan sendiri yaitu mengkonsumsi obat antibiotik
termasuk supertetra. Pencegahan yang mereka lakukan agar tidak tertular IMS dan
HIV/AIDS sebagian besar responden dengan menjaga kebersihan dan upaya hidup
sehat serta mengkonsumsi obat antibiotik. Kesadaran responden untuk menggunakan
kondom sebagian besar sangat rendah juga kesadaran untuk memeriksakan diri
responden sebagian besar rendah dengan berbagai macam alasan.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]