APLIKASI METODE GRADIO MAGNETIK PADA ZONA DUGAAN MINERAL DI KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER
Abstract
Puger memiliki karakteristik daerah yang berdekatan dengan daerah pantai.
Gunung Sadeng dalam geologi Lembar Jember Jawa termasuk dalam Formasi Puger
yang terdiri atas batu gamping (batu kapur) bersisipan breksi batu gamping, dan batu
gamping tufan. Formasi Puger ini diduga berumur akhir Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir. Formasi ini diduga menindih tak selaras dengan Formasi Batu Ampar
dan Formasi Sukamade.
Batu gamping terumbu berwarna putih keruh dan merah muda, terdiri dari
gamping, kerakal gamping, dan koral. Breksi batu gamping dan batu gamping tufan
berwarna abu-abu, padu, berlapis baik, dan tebalnya 40 cm. Secara umum batu
gamping merupakan salah satu jenis batuan sedimen. Karena batu gamping
merupakan batu sedimen, maka pada proses pembentukan batuan sedimen tersebut
terbentuk suatu mineral pada batu gamping. Mineral sendiri merupakan bagian kulit
bumi. Batuan terdiri dari senyawa unsur-unsur kimia, baik yang berbentuk padat
maupun cair, bersifat homogen, yang terjadi tidak dengan perantaraan manusia dan
tidak berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan, dan dibentuk oleh alam.
Penelitian ini bertujuan agar suatu daerah yang diduga sebagai daerah yang
berpotensi mineral dapat dibuktikan secara ilmiah. Dugaan mineral pada Gunung
Sadeng dapat dibuktikan dengan adanya peta sebaran dugaan mineralnya dalam
bentuk sebuah peta kontur sebaran anomali medan magnetik.
Salah satu cara untuk mengetahui zona dugaan mineral yaitu dengan cara
menggunakan sifat kemagnetannya. Setiap mineral memiliki kuantitas supsebtibilitas
kemagnetan yang berbeda dan juga dapat mempengaruhi nilai kemagnetan bumi di
suatu daerah. Metode yang cocok digunakan untuk memetakan sebaran mineral di Gunung Sadeng adalah metode Geomagnet Gradio Magnetik. Metode ini cocok
untuk daerah yang luas, tidak rata dan sumber anomali yang dekat.
Konsep gradio magnetik digunakan pada lokasi tinjauan dekat dengan
permukaan anomali magnet. Oleh karena itu gradio berguna dalam bidang arkeologi,
geoteknik dan pencitraan lingkungan. Metode gradio magnetik memperoleh dua data
akuisisi yang memiliki perbedaan posisi ketinggian alat pada proses akuisisi data.
Perbedaan posisi ketinggian pengambilan data menghasilkan perubahan nilai medan
magnet. Nilai gradio magnetik menandakan adanya perubahan nilai medan magnet
setiap meternya. Sumber anomali magnetik berasal dari kandungan mineral yang
terdapat pada batuan-batuan di daerah gunung Sadeng.
Aplikasi dari metode gradiomagnetik sendiri adalah mengetahui perubahan
nilai-nilai medan magnetik yang dibandingkan dengan jarak perbedaan posisi
pengambilan data. Metode gradio magnetik dapat diaplikasikan dengan benar, karena
pada peta kontur yang dihasilkan menunjukkan adanya perbedaan antara peta kontur
T1 dan T2. Metode gradio magnetik sendiri merupakan speed drive. Speed drive yang
dimaksudkan di sini adalah untuk mempercepat kegiatan pengambilan data sekaligus
dengan mengkoreksi nilai medan magnet berdasarkan perbedaan ketinggian
pengambilan data tersebut, sehingga mempercepat kegiatan penelitian zona dugaan
yang sumber anomali atau singkapan mudah untuk dilihat.
Sebaran nilai medan magnet T1, T2 dan Gradio dapat dipetakan dengan
menggunakan software Surfer 9.0. Pada setiap peta menghasilkan kontur anomali
nilai medan magnet. Adanya kontur diduga sebagai zona-zona yang memiliki anomali
nilai medan magnet pada peta, dan hal tersebut membuktikan adanya dugaan mineral
pada daerah tersebut.