PENANDINGAN RERANGKA KERJA ECKEL DENGAN RERANGKA KERJA KUSTONO UNTUK MENGIDENTIFIKASI PRAKTIK PERATAAN PENGHASILAN DI INDONESIA
Abstract
RINGKASAN
Penandingan Rerangka Kerja Eckel dengan Rerangka Kerja Kustono untuk
Mengidentifikasi Praktik Perataan Penghasilan di Indonesia; Naela Rahmah;
090810301284; 2011; 45 halaman; Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Jember.
Perataan penghasilan memberikan indikasi suatu upaya yang dilakukan pihak
manajemen (insiders) untuk mengurangi jumlah laba yang terlalu bervariasi /
berfluktuasi diantara deretan jumlah laba. Hal ini terjadi karena antara laba laporan
dengan laba harapan terdapat perbedaan. Sebagian besar penelitian di Indonesia
menggunakan rerangka kerja Eckel (Indeks Eckel) di dalam mengidentifikasi adanya
praktik perataan penghasilan. Pada umumnya penelitian terhadap perataan
penghasilan dilakukan terhadap beberapa faktor yang diduga menjadi alasan
manajemen melakukan praktik perataan penghasilan. Para peneliti pun banyak yang
melakukan identifikasi adanya praktik tersebut dan diikuti dengan pengujian terhadap
motivasi / dorongan manajemen melakukan praktik tersebut. Pengujian faktor yang
memotivasi manajemen melakukan kebijakan perataan tidak secara konsisten berhasil
ditemukan. Simpulan antar satu penelitian dengan penelitian lainnya seringkali tidak
sejalan. Bisa saja muncul suatu dugaan bahwa ketidak konsistenan hasil temuan studi
tersebut disebabkan oleh alat ukur yang digunakan tersebut tidak reliabel.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menandingkan instrumen pengukur
perataan penghasilan rerangka kerja Eckel dengan rerangka kerja Kustono, mengingat
studi perataan di Indonesia sebagian besar menggunakan rerangka kerja Eckel
sebagai pengidentifikasi perilaku perataan penghasilan sedangkan rerangka kerja
Kustono sebagai instrumen yang baru. Jenis dan sumber data yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan jenis sumber data sekunder. Data sekunder yang
digunakan diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui situs www.jsx
downloader.com berupa laporan keuangan auditan periode akuntansi yang berakhir
ix
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
31 Desember 2004 hingga 31 Desember 2009, dan studi pustaka yang berupa artikel
ataupun penelitian – penelitian sebelumnya dengan teknik penarikan sampel
menggunakan metode purposive sampling.
Sebanyak 29 perusahaan terklasifikasi sebagai perata sedangkan perusahaan
yang terklasifikasi bukan sebagai perata adalah 42 perusahaan dengan menggunakan
rerangka kerja Eckel sedangkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan
rerangka kerja Kustono maka perusahaan yang terklasifikasi sebagai perata adalah
sebanyak 11 perusahaan sedangkan perusahaan yang terklasifikasi bukan sebagai
perata adalah 60 perusahaan. Dengan kata lain terdapat perbedaan perusahaan yang
terklasifikasi sebagai perata dan yang bukan sebagai perata dengan menggunakan
rerangka kerja Eckel dan dengan menggunakan rerangka kerja Kustono.
Pengujian terhadap determinan perataan penghasilan yang meliputi ukuran
perusahaan, profitabilitas perusahaan dan rasio utang menunjukkan hasil tidak
berpengaruh terhadap praktik perataan penghasilan. Dengan kata lain tidak terdapat
perbedaan hasil pengujian determinan perataan penghasilan berdasarkan klasifikasi
dengan menggunakan rerangka kerja Eckel dan rerangka kerja Kustono. Ketiadaan
pengaruh variabel ukuran perusahaan adalah Ukuran perusahaan bukanlah faktor
yang memacu manajemen melakukan perataan penghasilan. Hal ini diduga karena,
pertama: adanya anggapan dari beberapa pihak bahwa perataan penghasilan adalah
salah satu penyimpangan dalam pelaporan. Kedua: kemungkinan adanya sebaran data
yang merata pada penelitian ini yang menyebabkan baik perusahaan besar dan kecil
sama-sama disimpulkan melakukan praktik perataan penghasilan. Ketiadaan
pengaruh profitabilitas dalam hal ini Return On Assets (ROA) diduga karena pertama;
pada perusahaan publik di Indonesia umumnya memiliki mekanisme pemilik yang
mengendalikan (controlling owners) sehingga pemilik tidak terdorong untuk
melakukan perataan penghasilan Kedua; sinyal dapat dibuat berdasarkan pemahaman
manajer mengenai perusahaan yang dikelola dan tidak hanya melalui perataan
penghasilan, manajer dapat menyampaikan sinyal dalam bentuk lain misalnya melalui
pemecahan saham atau dengan pembagian deviden tunai dan lain sebagainya.
x
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
http://digilib.unej.ac.id
Sedangkan ketiadaan pengaruh variabel rasio utang perusahaan hal ini diduga karena,
pertama; variabel rasio utang perusahaan tidak dianggap terlalu penting oleh kreditur
di dalam mengukur risiko keuangan yang akan dihadapinya berkaitan dengan
peminjaman dana oleh perusahaan. Manajemen menilai variabel rasio utang kurang
efektif sebagai pendorong manajemen melakukan praktik perataan penghasilan.
Kedua; bank melakukan monitoring yang sama antara perusahaan yang memikiki
rasio utang yang tinggi dan rasio utang yang rendah. Ketiga; bisa jadi utang yang
diberikan merupakan utang jangka pendek sehingga manajemen tidak perlu
meratakan laba atau manajemen tidak melakukan perataan laba untuk mensiasati
monitoring dari kreditur.
Ketiadaan pengaruh ketiga variabel dalam penelitian ini juga diduga, karena:
1. Dalam penegakan hipotesis pada pengujian terdahulu, teori yang dikembangkan
bukan merupakan teori yang kuat sehingga tidak menggambarkan fenomena di
lapangan yang sebenarnya.
2. Adanya kemungkinan beberapa asumsi teori yang berkenaan dengan dugaan
adanya pengaruh tersebut yang tidak dapat ditangkap dalam pengumpulan data /
sampel.