PROFIL KELAHIRAN BAYI PREMATUR DI RSUD DR. SOEBANDI JEMBER PERIODE 1 JANUARI 2003 – 31 DESEMBER 2005
Abstract
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi terlalu awal dalam ukuran
usia kehamilan, sedangkan bayi berat lahir rendah adalah bayi yang lahir terlalu kecil
dalam ukuran berat. Patofisiologi terjadinya persalinan kurang bulan yang terjadi
spontan yang sebagian besar mengemukakan adanya aktifitas lebih dini dari
mekanisme yang sama dengan persalinan cukup bulan. Bayi yang lahir prematur
cenderung mempunyai berat lahir rendah. Namun bayi yang mempunyai berat lahir
rendah belum tentu mengalami kelahiran prematur. Dimana BBLR merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas janin terbesar setelah hipoksia, anoksia dan
infeksi. Terjadinya kelahiran prematur sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
Pendapat baru menyebutkan bahwa selaput ketuban dan desidua merupakan tempat
awal terjadinya proses persalinan kurang bulan, seperti telah diketahui sebelumnya
bahwa selaput ketuban dan desidua mengandung bahan dasar prostaglandin, bila
diaktifkan oleh rangsangan tertentu akan menyebabkan terjadinya kontraksi
miometrium dan pematangan serviks. Beberapa keadaan yang merupakan
predisposisi terjadinya persalinan preterm adalah pecahnya selaput ketuban secara
dini, inkompentensia serviks, anomali uterus, uterus yang sangat teregang, anomali
hasil konsepsi, kelainan plasenta, kontrasepsi intrauterine, kematian janin, pernah
mengalami kelahiran preterm atau abortus lambat, penyakit maternal yang berat,
umur ibu hamil disertai jarak antara dua kelahiran yang terlalu dekat, keadaan sosial
ekonomi yang rendah, paritas serta preeklampsi-eklampsia.
Dari hasil penelitian di RSUD dr.Soebandi jember periode 1 Januari 2003-31
Desember 2005 didapatkan 168 kasus kelahiran prematur , 42 kasus terjadi secara
ix
spontan dan 126 kasus terjadi dengan adanya indikasi. Hipertensi kehamlan
menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab kelahiran prematur dengan indikasi
yaitu 42 kasus (33,33%). Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa kelahiran
prematur banyak terjadi pada G1 yaitu 72 kasus (42,86%) dengan usia 20 – 35 tahun.
Selain itu bayi yang lahir prematur cenderung mempunyai nilai APGAR yang rendah.
Dimana pada penelitian ini terdapat 81 kasus (48,21%) bayi mengalami asfiksia berat
dengan nilai APGAR 0-3.
Dengan penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui jenis kelahiran
prematur yang terjadi. Selain itu kita juga dapat mengetahui paritas ibu dan kelompok
usia ibu yang rawan mengalami kelahiran prematur serta dapat mengetahui nilai
APGAR dari bayi yang lahir prematur. Ada beberapa hal yang perlu ditindak lanjuti
dari penelitian ini, yaitu perlu dilakukannya pemeriksaan antenatal care (ANC) secara
teratur guna mengantisipasi dan mengetahui faktor risiko yang mingkin menyebabkan
kelahiran prematur terutama untuk kelompok primigravida, observasi lanjutan untuk
tahun-tahun mendatang agar dapat dipantau kenaikan atau penurunan kasus kelahiran
prematur di RSUD dr.Soebandi Jember serta perlu dilakukannya penelitian lebih
lanjut baik secara retrospektif maupun prospektif tentang faktor penyebab kelahiran
prematur dikarenakan banyak faktor penyebab lain dengan frekuensi kecil yang
memberikan kontribusi terhadap kelahiran prematur.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]