PERBEDAAN KADAR SERUM ALKALIN FOSFATASE PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) JANTAN SETELAH TERPAPAR STRESOR RASA SAKIT RENJATAN LISTRIK
Abstract
Stres merupakan kompensasi tubuh untuk mempertahankan homeostasis akan
tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Hal ini disebabkan perubahan
hormonal. Peningkatan hormon kortisol merupakan salah satu bentuk adaptasi stres.
Hormon kortisol dapat mempengaruhi kadar hormon estrogen atau androgen.
Hormon estrogen atau androgen berperan penting dalam proses metabolisme tulang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan adanya perubahan metabolisme
tulang akibat paparan stresor yang dilihat dari kadar alkalin fosfatase.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Jember dan
Laboratorium Klinik Jember Medical Center dengan rancangan penelitian the post
test only control group design. Penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberi perlakuan berupa stresor rasa
sakit renjatan listrik dengan mengalirkan arus listrik 5-30mA, tegangan 25V dan
frekuensi 60Hz selama 14 hari.
Hasil pengukuran rata-rata kadar serum alkalin fosfatase pada kelompok
kontrol sebesar 220.71 U/L dan pada kelompok perlakuan sebesar 73.86 U/L. Hasil
uji Mann Whitney U menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara
kelompok kontrol dan perlakuan (p<0.05). Hal ini menunjukkan bahwa stresor rasa
sakit renjatan listrik dapat menurunkan kadar alkalin fosfatase. Stresor rasa sakit
renjatan listrik meningkatkan sekresi hormon kortisol dan menyebabkan penurunan
sekresi hormon estrogen atau androgen. Hormon estrogen atau androgen berperan
sebagai aktivator pembentukan tulang yang ditandai peningkatan alkalin fosfatase.
Stres mengakibatkan penurunan kadar serum alkalin fosfatase.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]