GAMBARAN KONSELING GIZI PADA BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM) BERDASARKAN PEDOMAN KONSELING GIZI DEPKES RI TAHUN 2008
Abstract
Masa balita adalah masa lima tahun pertama dalam setiap kehidupan anak
manusia. Suatu masa golden age yang sangat penting, terutama untuk pertumbuhan
fisik dimana 90 persen sel-sel otak individu tumbuh dan berkembang. Bila pada
masa golden age anak-anak terabaikan, maka akan menjadi permasalahan bagi balita
tersebut. Kurang Energi Protein merupakan salah satu masalah gizi utama di
Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro)
(Budirahardjo, 2011). Jika kebutuhan zat gizi makro tidak tercukupi oleh tubuh
makan balita dapat mengaami masalah pertumbuhan sehingga balita tersebut berada
pada Bawah Garis Merah (BGM). Prevalensi balita BGM di Kabupaten Jember pada
tahun 2009 sebesar 15,71% dan pada kelurahan Sumbersari terdapat balita Bawah
Garis Merah (BGM) yaitu sebesar 3,2% (Dinkes Jember, 2011).
Salah satu upaya kuratif dalam penanggulangan balita BGM yaitu melalui
pelayanan tingkat puskesmas. Melalui puskesmas balita BGM mendapatkan
pengobatan, perawatan, serta diet KEP. Pendidikan non formal berupa konseling gizi
pada Pojok Gizi (POZI) Puskesmas pada ibu balita BGM juga sangat diperlukan guna
perawantan dan penyiapan makanan bagi pasien BGM rawat jalan. Pengetahuan ibu
mempengaruhi pola asuh gizi yang baik dalam pemberian asupan makan pada
anaknya (Moehji, 2002). Menurut WHO mekanisme konseling yang baik perlu
adanya komunikasi yang baik antara petugas gizi dengan ibu. Perlu adanya empati,
kepercayaan serta dukungan yang besar kepada ibu. Konseling yang diberikan
berdasarkan penyebab kurang gizi serta berdasarkan kelompok umur anak (Depkes
RI, 2008).Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran konseling gizi pada balita
BGM di Pojok Gizi Puskesmas Sumbersari berdasarkan pada konseling gizi Depkes
RI tahun 2008. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik keluarga balita
BGM, konseling gizi, dan peningkatan status gizi balita BGM. Jenis penelitian
deskriptif dan menurut waktu pelaksanaannya, penelitian ini termasuk penelitian
cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 29 balita. Pengambilan sampel
menggunakan total populasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita BGM pada rentang
umur25-36 bulan dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Tingkat
pendidikan ibu balita BGM sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah,
pengetahuan gizi ibu balita BGM sebagian besar dalam kategori cukup, jumlah
anggota keluarga balita BGM sebagian besar tergolong dalam keluarga besar (> 4),
dan pendapatan keluarga balita BGM sebagian besar tergolong dalam pendapatan
rendah. Pelaksanaan konseling gizi yang dilakukan petugas gizi tergolong dalam
tingkatan cukup, baik dilihat dari teknik konseling dan tahap pelaksanaan konseling.
Serta ada sebagian balita BGM yang mengalami peningkatan status gizi yang dilihat
berdasarkan indeks BB/U maupun BB/TB. Dari hasil penelitian erlu adanya
penyelenggaraan pelatihan mendalam yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada
seluruh petugas gizi tentang penanganan gizi buruk tingkat puskesmas yaitu
konseling gizi yang dapat diberikan secara menyeluruh dan lengkap. Pelatihan
dimaksudkan untuk memberikan informasi yang luas mulai dari teknik konseling
hingga isi konseling berdasarkan pedoman konseling gizi Depkes RI tahun 2008 yang
akan diberikan kepada ibu balita gizi buruk.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]