Motivasi Mahasisiwi Berhenti Berprofesi Sebagai “Ayam Kampus” (Studi Kasus pada 2 Mahasiswi dari Universitas A, Kabupaten Jember)
Abstract
Gambaran umum yang terjadi pada remaja dan mahasiswi dijaman
sekarang adalah terjadinya ketidakseimbangan antara perkembangan teknologi 
komunikasi dengan akhlak yang dimiliki oleh generasi mudanya,  dalam hal ini
adalah mahasiswi. Perilaku mahasiswi yang lebih suka berhura-hura dan lebih 
mementingkan hedonisme merupakan keadaan nyata yang terjadi dikalagan
mahaasiswi. Mereka lebih sibuk berfikir tentang mode-mode pakaian, acara-acara 
hiburan malam, kendaraan, telepon genggam dan kebutuhan sekunder lainnya
yang mempengaruhi mereka untuk dapat memenuhi daripada memikirkan tentang 
pendidikan mereka. Sehingga tidak heran jika mahasiswi akan terbawa ke dalam
arus modernitas dan “terjerumus” dalam “lembah hitam” dunia kampus. 
Praktek pelacuran, seks,  dan dengan segala hal yang berada didalamnya
sudah memasuki dunia kampus karena perkembangan prostitusi sudah semakin 
marak hingga ke tingkat mahasiswi, bahkan sampai ada mahasiswi yang
berprofesi sebagai ”ayam kampus”. Fenomena seperti itu ternyata sudah
memasuki wilayah Jember. Penelitian yang dilakukan penulis berlokasi di 
Universitas A dengan mengambil informan primer dari sejumlah 2 mahasiswi.  
Berdasarkan hal tersebut, maka perumusan masalah yang diteliti oleh penulis
yaitu mengenahi motivasi mahasiswi berhenti berprofesi sebagai “ayam kampus” 
(studi kasus pada 2 mahasisiwi di Universitas A Kabupaten Jember). Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang menyebabkan 
mahasiswi berhenti berprofesi sebagai “ayam kampus”, yaitu faktor internal dan
faktor ekternal. 
Resiko yang dihadapi para pekerja seks sangat banyak dan beragam.  Apa
pun alasannya seseorang mahasiswi terjun kedunia prostitusi yang merupakan 
karakteristik suatu pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja seks, mereka harus
dapat mempersiapkan fisik dan psikisnya. Dunia prostitusi merupakan pekerjaan 
yang beresiko tinggi dan sangat membutuhkan nyali  yang besar untuk masuk ke
dalam dunia ini, karena dalam melakukan pekerjaannya mereka bergonta- ganti
pasangan dan melakukan hubungan seks pra-nikah dengan orang banyak. Banyak 
sekali penyakit yang akan mengancam jiwa mereka, dari mulai terkena penyakit
menular seksual, kehamila yang tidak diinginkan, bahkan sampai terkena virus 
HIV.
Pihak perguruan tinggi tidak dapat disalahkan atas terjadinya dan 
berkembangnya fenomena mahasiswi yang menjadi “ayam kampus”, karena
mereka tidak dapat mengontrol setiap tingkah laku mahasiswinya. Menjadi “ayam 
kampus” merupakan suatu pilihan yang disadari dari seorang individu. Apapun
alasan yang diungkapkan mereka mengenahi pilihan dari jalan hidupnya, tidak 
ada orang yang bisa memaksakan. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk
memilih jalan yang terbaik untuk dirinya, apakah itu yang baik atau yang tidak 
baik. Hal yang mereka alami sebenarnya adalah tidak adanya keterampilan untuk
mengatasi masalah, dan lari dari masalah tersebut.
