Toksisitas Ekstrak Terpurifikasi dengan N-Heksan Batang Serai Dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. dan Pemanfaatannya sebagai Buku Referensi
Abstract
Demam berdarah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti L. Menurut
Kemenkes RI (2019) kasus DBD di Indonesia pada tahun 2017 mencapai 68.407
kasus, kemudian di tahun 2018 tercatat 65.602 kasus. Pada 2019 tercatat jumlah
penderita DBD di Indonesia yang tersebar di 34 provinsi sebanyak 71.663
penderita dan jumlah penderita yang meninggal sebanyak 459 penderita. Dinas
Kesehatan Jawa Timur juga menjelaskan bahwa Kabupaten Jember termasuk ke
dalam 10 kabupaten/kota dengan kasus DBD tertinggi di Jawa Timur. Kasus DBD
di kabupaten Jember sendiri banyak terjadi di Kecamatan Sumbersari, dimana
pada tahun 2015 terdapat 60 kasus DBD, tahun 2016 terdapat 39 kasus, tahun
2017 terdapat 39 kasus, dan tahun 2018 terdapat 41 kasus. Bentuk pengendalian
nyamuk Aedes aegypti L. biasanya menggunakan insektisida kimiawi seperti
abate. Namun, telah dilaporkan terjadi resistensi larva nyamuk Aedes aegypti L. di
beberapa daerah di Indonesia. Oleh karena itu maka perlu adanya bioinsektisida
alternatif yang lebih ramah lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia.
Bioinsektisida ini salah satunya bisa berasal dari tanaman yang mengandung
senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai larvasida.
Tanaman yang dapat dijadikan sebagai biolarvasida salah satunya yaitu
batang serai dapur. Tanaman ini sudah dikenal oleh masyarakat luas dan biasanya
digunakan sebagai bumbu dapur, campuran obat tradisional, dan lain-lain.
Pemanfaatan tanaman ini sebagai biolarvasida perlu dilakukan proses ekstraksi
terlebih dahulu untuk menyari senyawa metabolit sekundernya. Produk dari
proses ekstraksi ini berupa ekstrak, kemudian ekstrak ini perlu dipurifikasi
terlebih dahulu untuk menghilangkan komponen kimia lain yang tidak dibutuhkan
seperti karbohidrat sebanyak 55% pada batang serai dapur ini. Batang serai dapur
mengandung senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin,
tanin, fenolik, kuinon, steroid, dan terpenoid.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas LC50 (Lethal
Concentration) 50% dari ekstrak terpurifikasi dengan n-heksan batang serai dapur
(Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) terhadap mortalitas larva nyamuk Aedes
aegypti L. dalam waktu dedah 24 jam dan untuk mengetahui kelayakan buku
referensi sebagai sumber bacaan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Toksikologi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Jember. Larva nyamuk yang digunakan berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Penelitian dimulai dengan pembuatan ekstrak terpurifikasi dengan n-heksan
batang serai dapur, pembuatan serial konsentrasi (100 ppm, 350 ppm, 600 ppm,
850 ppm, 1100 ppm). Selanjutnya yaitu memasukkan 20 ekor larva uji pada tiap
konsentrasi dengan 4 kali pengulangan. Pengamatan terhadap mortalitas larva uji
dilakukan setelah 24 jam. Penentuan nilai LC50 diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan analisis probit pada aplikasi Minitab versi 19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak
terpurifikasi dengan n-heksan batang serai dapur yang digunakan, maka semakin
tinggi pula persentase mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. Mortalitas larva
nyamuk terendah yaitu pada konsentrasi 100 ppm dan mortalitas larva nyamuk
tertinggi pada konsentrasi 1100 ppm. Berdasarkan analisis probit menggunakan
aplikasi Minitab versi 19 didapatkan nilai LC50 sebesar 628,058 ppm dengan batas
bawah 570,264 ppm dan batas atas 681,734 ppm.
Hasil penelitian mengenai toksisitas ekstrak terpurifikasi dengan n-heksan
batang serai dapur (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.) terhadap mortalitas larva
nyamuk Aedes aegypti L. dibuat produk berupa buku referensi. Hasil validasi
buku referensi oleh validator ahli materi yaitu sebesar 81,42%, oleh validator ahli
media sebesar 76%, dan oleh validator masyarakat sebesar 90,47%. Rerata nilai
validasi berdasarkan nilai dari ketiga validator tersebut yaitu sebesar 82,63%.
Berdasarkan hal tersebut, maka buku referensi layak digunakan dengan syarat
melakukan revisi berdasarkan saran yang telah diberikan oleh validator yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari produk supaya lebih baik sehingga
bisa dimanfaatkan dan disebarluaskan kepada masyarakat.