Efektivitas Beberapa Isolat Actinomycetes sebagai Agen Pengendali Hayati Cendawan Phakopsora Pachyrhizi Penyebab Penyakit Karat Daun dan Meningkatkan Produksi Kedelai (Glycine Max (L.) Merril)
Abstract
Kedelai merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang
mengandung protein nabati yang sangat penting, baik karena kandungan gizinya
aman untuk dikonsumsi dan memiliki nilai jual yang terjangkau oleh masyarakat.
Protein yang terkandung mencapai 34%, sehingga sangat diminati sebagai sumber
protein nabati yang relatif murah di bandingkan dengan protein hewani. Kedelai
juga memiliki kandungan nutrisi yang merupakan salah satu sumber energi,
dimana 100 gramnya mengandung sekitar 450 kalori. Kedelai juga mengandung
minyak kedelai, serat dan beberapa jenis mineral serta lemak. Salah satu pembatas
dalam upaya peningkatan hasil produksi, kualitas dan kuantitas kedelai adalah
serangan penyakit.
Penyakit yang menyerang pada tanaman kedelai adalah penyakit karat
daun. Penyakit karat daun yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora
pachyrhizi merupakan penyakit penting yang terdapat pada kedelai. Penyakit
tersebut dapat menurunkan hasil karena daun-daun yang terserang akan
mengalami defoliasi (perontokan daun) lebih awal sehingga akan mengakibatkan
beratnya biji dan jumlah polong yang bervariasi antara 10-90%, tergantung pada
fase perkembangan tanaman, lingkungan dan varietas kedelai. Dengan demikian,
perlu adanya pengendalian menggunakan agens hayati seperti penggunaan
Actinomycetes. Actinomycetes merupakan bakteri gram positif berbentuk batang
yang umumnya hidup di tanah, namun ada juga ditemukan pada jaringan tanaman
(batang, daun, akar) sehat dan menghasilkan sumber senyawa bioaktif yang
memberi lebih banyak keuntungan seperti produksi antibiotik, antikanker,
antibakteri, dan fitohormon yang disebut Actinomycetes endofit Penelitian bertujuan Untuk mengetahui efektivitas beberapa isolat
Actinomycetes dalam menghambat penyakit karat daun Phakopsora pachyrhizi
serta mengetahui pengaruh aplikasi beberapa isolat Actinomycetes dalam
meningkatkan produksi kedelai. Penelitian ini dilakukan di Greenhouse HPT
Fakultas Pertanian, Universitas Jember dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan masing-masing perlakuan dilakukan 5
kali ulangan yang terdiri dari 3 sampel tanaman sehingga didapati 25 satuan
percobaan dan 75 tanaman yang uji. Perlakuan yang di uji untuk pengujian secara
in-vivo dengan bakteri Actinomycetes kerapatan 1 x 108
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Actinomycetes pada kode isolat PM2
yang paling konsisten menekan pertumbuhan Phakopsora Pachyrhizi secara In
Vivo dengan persentase 64,98%. Actinomycetes dengan kode isolat PM1 memiliki
persentase menekan penyakit karat daun terbaik kedua dengan jumlah persentase
60,10%. Isolat actinomycetes dengan kode isolat RT2 memiliki persentase
kategori cukup mampu mekenan penyakit karat daun dengan jumlah persentase
56,22% serta isolat Actinomycetes dengan kode RT1 memiliki jumlah persentase
paling rendah namun masih dalam kategori cukup mampu dalam menekan
penyakit karat daun dengan persentase yaitu sebesar 46,39%. hasil persentase
keparahan penyakit karat daun pada pengamatan 63 HSI diperoleh keparahan
tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 64,76% dan nilai keparahan
penyakit terendah pada isolat Actinomycetes putri malu PM2 sebesar 37,14%.
Actinomycetes PM2 memiliki nilai keparahan penyakit terendah dibandingkan
dengan isolat lainnya, hal ini disebabkan isolat PM2 memiliki sifat yang paling
konsisten dan dapat menghambat pertumbuhan patogen P. pachyrhizi.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [3892]