PENGARUH SERBUK KAYU MAHONI, KELAPA, DAN JATI DENGAN PENAMBAHAN BIJI MILET (Pennisetum glaucum) TERHADAP PRODUKSI DAN KANDUNGAN GIZI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) (Sebagai Buku Nonteks Budidaya Jamur Tiram Putih)
Abstract
Jamur tiram putih merupakan jamur yang sudah dikenal luas orang Indonesia.
Jamur tiram putih merupakan jamur kayu yang memiliki citarasa dan tekstur yang
spesifik, juga mengandung asam amino yang cukup lengkap. Perbedaan sumber
bahan organik akan memberikan pengaruh terhadap media tanam jamur karena
komposisi bahan organik tersebut berbeda-beda (Hakim dkk., dalam Setiyono,
2004:1). Menurut Fadillah (2010), media atau substrat yang digunakan sebagai media
tumbuh jamur tiram adalah serbuk kayu albasiah (sengon).
Namun nilai kehilangan
bobot kayu sengon dengan arah serat longitudinal dan cross section termasuk ke
dalam kelas awet IV (tidak tahan) dengan persentase kehilangan bobot 10% - 30%
terhadap jamur pelapuk Pleurotus oetreatus (Natalia, 2011:48). Kualitas baglog yang
hanya menggunakan serbuk kayu sengon akan lebih cepat rapuh, selain itu bobot
jamur yang dihasilkan oleh serbuk kayu sengon juga ringan bila dibandingkan dengan
jenis kayu lain. Untuk mengatasinya dapat dicegah dengan menggunakan campuran
kayu sengon dengan kayu keras. Jenis kayu keras yang dapat digunakan sebagai
media tumbuh jamur tiram putih seperti kayu mahoni, kelapa dan jati.
Budidaya jamur tiram putih juga harus memperhatikan asupan protein dan
mineral dalam media. Milet mengandung 10,6% protein (Harper, dkk., dalam
Suharjo, 1985) dan posfor 296 mg/100g (Nambiar, V. S., et al., 2011). Tujuan dari
penelitian ini adalah menguji serbuk kayu mahoni, kelapa, dan jati dengan
penambahan biji milet (Pennisetum glaucum) terhadap produksi dan kandungan gizi
jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) kemudian menerapkannya dalam buku
nonteks.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan dua faktor dan tiga kali pengulangan. Faktor pertama media tumbuh
(M) yang terdiri dari M
= 1 kg serbuk kayu (100% sengon) + 0,2 kg bekatul + 50gr
kapur (kontrol), M
1
0
= 1 kg serbuk kayu (50% sengon + 50% mahoni) + 0,2 kg
bekatul + 50gr kapur, M
= 1 kg serbuk kayu (50% sengon + 50% kelapa) + 0,2 kg
bekatul + 50gr kapur, M
2
= 1 kg serbuk kayu (50% sengon + 50% jati) + 0,2 kg
bekatul + 50gr kapur. Faktor ke dua adalah penambahan biji milet (W) yang terdiri
dari W
0
3
= 0 gram milet, dan W
= 100 gram milet. Penelitian ini menggunakan
analisis data ANOVA dengan uji Univariate dan uji Duncan.
1
Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat interaksi antara serbuk kayu dan
penambahan biji milet. Medium M
3
dan W
memberikan pengaruh terhadap produksi
jamur tiram putih dengan berat rata-rata 0,154 gram, jumlah rata-rata 5,333 buah,
tinggi rata-rata 2,532 cm, dan lebar diameter tudung buah rata-rata 13,065 cm.
Kecuali kandungan serat, hasil analisis kandungan protein, karbohidrat, dan lemak
menunjukkan adanya interaksi antara serbuk gergaji dan milet terhadap kandungan
gizi jamur tiram putih. Kandungan lemak, protein dan karbohidrat paling tinggi pada
media M
2
W
1
1
berturut-turut sebanyak 0,335%, 4,975%, dan 4,01%. Kandungan serat
paling tinggi dihasilkan oleh medium M
3
W
dengan rata-rata 1,620%.
Uji validasi yang telah dilakukan pada buku yang berjudul “Budidaya Jamur
1
Tiram Putih” dinyatakan layak untuk digunakan sebagai buku pengayaan
keterampilan berdasarkan kriteria-kriteria penilaian buku nonteks.