Show simple item record

dc.contributor.authorDidit Saputro
dc.date.accessioned2013-12-19T07:35:49Z
dc.date.available2013-12-19T07:35:49Z
dc.date.issued2013-12-19
dc.identifier.nimNIM050910302088
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/10545
dc.description.abstractKegiatan pelaku “awe-awe” adalah membantu pengguna jalan di sepanjang Gunung Gumitir untuk mengarahkan dan memberi tanda apakah ada kendaraan yang melewati arah berlawanan dan bisa mengakibatkan kecelakaan. Kemudian mereka berubah fungsi menjadi kegiatan untuk meminta-minta dengan cara yang berbeda-beda kepada para pengguna jalan yang melalui jalur Gunung Gumitir. Berdasarkan fenomena sosial tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mamahami secara mendalam tentang gambaran potensi dan kendala yang dialami pelaku “awe-awe” di Gunung Gumitir. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan gambaran tentang potensi, dan kendala yang dialami pelaku “awe-awe”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan yang dipakai dalam penelitian ini yaitu snowball sampling dan purposive sampling. Teknik snowball sampling digunakan untuk menentukan informan pokok. Sedangkan penentuan informan tambahan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif. Sedangkan uji keabsahan data dalam penelitian ini, digunakan teknik triangulasi sumber. Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan pelaku “awe-awe” (baik relawan pemandu lalu lintas maupun pengemis) berkembang secara alamiah dan melalui pemikiran yang rasional. Pendidikan pelaku “awe-awe” pada umumnya rendah, sebagian besar hanya tamatan SD sehingga tidak bisa untuk bersaing mencari pekerjaan yang layak. Keadaan ekonomi pelaku “awe-awe” umumnya relatif kurang sejahtera. Dilihat dari variabel pemenuhan kebutuhan pokok yang di dalamnya meliputi kebutuhan pokok, kebutuhan sosial-psikologis dan kebutuhan pengembangan, pada umumnya informan belum dapat memenuhi sejumlah kebutuhan tersebut secara layak. Potensi utama pelaku “awe-awe” adalah perasaan malu melakukan kegiatan “awe-awe“ merupakan pekerjaan tidak pantas oleh mereka; informan bukanlah manusia yang malas bekerja; mereka memiliki etos kerja yang tinggi; adanya keingingan untuk berhenti melakukan kegiatan pelaku “awe-awe” bila ada alternatif pekerjaan lain, sehingga potensi inilah yang perlu dikembangkan menjadi kekuatan nyata. Kendala yang dihadapi oleh pelaku “awe-awe” adalah tidak memiliki modal usaha, sikap pengendara yang suka memberi, sikap iri warga setempat terhadap keberhasilan pelaku “awe-awe” pada saat hari besar. Sehingga kendala inilah yang perlu diperhatikan menjadi kelemahan nyata.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries050910302088;
dc.subjectPELAKU AWE-AWE, GUNUNG GUMITIRen_US
dc.titlePOTENSI DAN KENDALA PELAKU “AWE-AWE” DI GUNUNG GUMITIRen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record