Perencanaan Abutment Jembatan Jalur Lintas Selatan Pasca Longsor Desa Paseban Kecamatan Kencong Kabupaten Jember
Abstract
Jembatan merupakan sarana prasana jalan yang sangat dibutuhkan sebagai mobilisai jasa atau barang. Kegagalan konstruksi jembatan yang menyebabkan kegagalan struktur umumnya terjadi karena bencana alam seperti gempa, banjir dan longsor. Seperti pada kasus jembatan Jalur Lintas Selatan (JLS) di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, Jawa Timur yang menghubungkan Kabupaten Lumajang, Jember dan Banyuwangi ambrol dan putus. Putusnya jembatan sepanjang 80 meter dan lebar 12 meter pada hari Sabtu tanggal 22 Februari 2020 sekitar pukul 04.00 WIB ini karena bagian bawah penyangga tergerus banjir (Radar Jember, 2020). Dinding penyangga beton (abutment) di kedua sisi yang menjadi penyangga konstruksi jembatan longsor dan retak akibat dihantam arus sungai yang mengalir cukup deras dari hulu ke hilir yaitu pantai selatan.
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan abutment jembatan baru agar mampu menopang dan meneruskan beban yang bekerja pada bangunan atas dan bangunan bawah jembatan itu sendiri untuk disalurkan ke lapisan tanah dasar. Selain itu, melihat kondisi tanah di daerah jembatan JLS perlu adanya analisa kestabilan tanah dengan menggunakan program bantu geoslope. Dari hasil perhitungan perencanaan desain abutment jembatan diperoleh kontrol stabilitas abutment pada lokasi 1 yang ditinjau dalam tiga keadaan diantaranya saat keadaan normal SF geser 4,059 > 1.1, SF guling 4,830 > 2.2, dan SF DDT 3,167 > 3. Saat beban atas belum bekerja diperoleh nilai SF geser 3,899 > 1.1. SF guling 7,641 > 2.2, dan SF DDT 4,528 > 3 serta saat keadaan gempa diperoleh SF geser 2,329 >1.1, SF guling 2,932 > 2.2, dan SF DDT 3,252 > 3. Untuk kontrol stabilitas abutment pada lokasi 2 saat keadaan normal diperoleh nilai SF geser 4,602 > 1.1, SF guling 4,853 > 2.2, dan SF DDT 3,924 > 3. Saat beban atas belum bekerja diperoleh nilai SF geser 4,667 > 1.1. SF guling 7,699 > 2.2, dan SF DDT 5,609 >
viii
3 serta saat keadaan gempa diperoleh SF geser 2,632 >1.1, SF guling 2,941 > 2.2, dan SF DDT 4,029 > 3.
Upaya untuk mengetahui kestabilan tanah dilakukan analisis kestabilan tanah dengan menggunakan bantuan software geoslope. Hasil analisis menggunakan software tersebut diperolah nilai SF sebesar 1,123 pada lokasi 1 dan nilai SF 1,060 pada lokasi 2. Berdasarkan hasil analisis diatas, dimana untuk nilai faktor keamanan minimum sebesar 1,25. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa lereng tersebut memungkikan untuk terjadi kelongsongsoran dan dapat dikatakan bahwa kondisi tanah di daerah jembatan Jalur Lintas Selatan di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember tidak stabil karena kecilnya nilai keamanan pada analisis tersebut. Sehingga, abutment perlu diberikan konstruksi tambahan berupa pondasi bored pile untuk menghindari keruntuhan pada abutment tersebut. Pada penelitian ini, direncanakan pondasi bored pile dengan diameter 0,8 meter dan kedalaman pondasi 5 meter serta jumlah pile yang digunakan yaitu 8 pile. Dari hasil perhitungan, dimensi pondasi tersebut aman dan memenuhi syarat untuk perencanaan pondasi pada abutment.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4097]