Karakterisasi Mutu Biji Kakao (Lindak) Terfermentasi Berbasis Aroma Menggunakan Electronic Nose
Abstract
Kakao adalah salah satu produk komoditas unggulan di Indonesia. Kakao
Lindak merupakan jenis kakao yang banyak dibudidayakan di Indonesia.
Kabupaten Banyuwangi adalah salah satu daerah penghasil kakao Lindak di Jawa
Timur. Kakao merupakan tanaman yang memiliki aroma yang khas. Aroma biji
kakao dipengaruhi oleh senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Senyawa
tersebut terdiri dari senyawa volatil. Aroma kakao sampai saat ini dikarakterisasi
dengan cara melibatkan human tester dengan indera penciumannya. Cara ini
menggunakan quality control yang subjektif karena bergantung pada kemampuan,
pemahaman, serta pengalaman masing-masing human tester terhadap kakao.
Metode lain yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis zat kimia dan
spektrum gas yang terkandung didalamnya. Metode ini memang memiliki akurasi
yang tinggi namun relatif mahal dan masih memerlukan orang yang ahli
dibidangnya. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain yang dapat digunakan
untuk mengkarakterisasi jenis kakao berdasarkan aromanya, salah satunya dengan
electronic nose sensor array. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
alternatif dalam deteksi aroma kakao terfermentasi menggunakan electronic nose
sensor array.
Penelitian ini menggunakan sensor gas yang terdiri dari 5 sensor yaitu
MQ-2, MQ-3, MQ-6, MQ-7 dan MQ-135. Sensor gas tersebut disusun secara
array pada akrilik dan diuji pola sinyalnya menggunakan sampel Kakao Lindak
Kendeng Lembu. Sampel kakao yang digunakan merupakan kakao yang telah
terfermentasi yang terdiri dari empat sampel : mutu I, mutu II, mutu III, dan
sampel dari petani. Selain itu juga menggunakan satu sampel kakao dari home
industri. Kelima sensor gas dihubungkan dengan arduino yang telah dihubungkan dengan personal computer melalui program LabVIEW 2012.
Hasil pengukuran pola respon sensor terhadap empat jenis mutu kakao
terfermentasi yang digunakan sebagai sampel pada penelitian ini yaitu memiliki
pola yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan voltase yang
dihasilkan dari lima sensor yang digunakan. Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa electronic nose array sensor dapat membedakan 4 kelompok mutu kakao
berdasarkan aromanya (mutu I, mutu II, mutu III dan sampel dari petani). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis PCA (principal
component analysis) untuk mengklasifikasikan pola respon aroma kakao. Hasil
analisis PCA menunjukkan bahwa sampel kakao diklasifikasikan menjadi 4
kelompok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keempat sampel kakao
terfermentasi memiliki karakter aroma yang berbeda-beda, sehingga terletak pada
posisi kuadran yang berbeda-beda untuk setiap sampel kakao. Total akumulasi
yang dihasilkan berdasarkan hasil analisis PCA yaitu sebesar 94,28%. Hasil
tersebut menyatakan bahwa sebesar 94,28% dari total varian data dapat
diklasifikasikan, sedangkan sisanya sebesar 5,72% belum dapat diklasifikasikan.
Ditinjau dari analisis menggunakan Diskriminant Analysis (DA) dengan
aplikasi XLSTAT 2018 menghasilkan keragaman total yaitu sebesar 99,03%.
Keragaman total yang dihasilkan mempresentasikan sebesar 99,03% ini dianggap
cukup untuk melihat keakuratan data. Berdasarkan hasil pengujian, Discriminant
Analysis dapat mengidentifikasi sampel dengan tingkat akurasi 96,43% dengan
nilai presisi 96% sehingga klasifikasi mutu kakao dengan electronic nose
menggunakan Discriminant Analysis telah berhasil dilakukan. Seluruh sampel biji
kakao terfermentasi dapat diklasifikasi dengan baik oleh Discriminant Analysis.