Hubungan Paparan Asap Rokok dan Kejadian ISPA dengan Kejadian Stunting pada Balita (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember)
Abstract
Sebesar 11% balita di Kabupaten Jember menderita stunting. Dari angka tersebut, Kecamatan Jelbuk merupakan kecamatan yang dari tahun 2016 hingga tahun 2019 prevalensi stuntingnya selalu di atas prevalensi kabupaten dan selalu stabil di atas 20% jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dan kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dengan kejadian stunting pada balita. Menurut laporan dari Puskesmas Jelbuk, sekitar 77% keluarga di Kecamatan Jelbuk terdapat minimal satu orang perokok di dalam rumahnya. Selain itu, kejadian ISPA merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh balita di Kecamatan Jelbuk. Tingginya angka perokok keluarga dan tingginya kejadian ISPA ditengarai berhubungan dengan tingginya kejadian stunting di Kecamatan Jelbuk. Oleh karenanya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan paparan asap rokok dan kejadian ISPA dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case-control. Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 balita kasus (balita stunting) dan 68 balita kontrol (balita normal) dengan pengambilannya menggunakan teknik simple random sampling. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kejadian stunting pada balita. Adapun variabel independenya adalah paparan asap rokok dan kejadian ISPA pada balita. Kejadian diare, konsumsi rokok, riwayat BBLR, riwayat PBLP, ASI eksklusif, dan pendapatan keluarga menjadi variabel luarnya. Variabel dependen menggunakan data sekunder dari pengukuran tinggi badan di masing-masing posyandu di Kecamatan Jelbuk pada bulan Maret 2020, sedangkan variabel independen dan variabel luar menggunakan data primer yang mana teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Analisis bivariabel menggunakan uji chi square dengan menampilkan p-value, OR, dan CI 95%, sedangkan analisis multivariabel menggunakan regresi logistik ganda, menggunakan metode enter dengan mempertimbangkan variabel luar.
Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa baik paparan asap rokok maupun kejadian ISPA berhubungan signifikan dengan kejadian stunting pada balita. Pada analisis multivariabel, hubungan antara paparan asap rokok dengan kejadian stunting pada balita menunjukkan hasil yang signifikan dengan variabel konsumsi rokok, riwayat PBLP, dan kejadian diare menjadi konfounding hubungannya. Analisis Multivariabel juga menunjukkan adanya hubungan kejadian ISPA dengan kejadian stunting pada balita dengan variabel kejadian diare sebagai konfounding hubungannya.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah untuk memberikan edukasi tentang bahaya paparan asap rokok pada kehamilan dan balita melalui kegiatan konseling kehamilan dan posyandu. Selain itu, materi pencegahan dan penanganan kejadian ISPA pada balita juga harus diedukasikan kepada peserta posyandu seperti halnya materi penanganan diare pada balita. Upaya lain yang perlu dilakukan oleh Puskesmas Jelbuk adalah melakukan integerasi program pemberian bantuan yang dikhususkan pada keluarga balita stunting yang kurang mampu dengan memasukkan syarat penerima bantuan harus mengurangi atau bahkan berhenti merokok. Penelitian lebih lanjut menggunakan desain kohort diperlukan untuk melihat hasil yang lebih valid.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]