Gereja Protestan Jemaat Immanuel (Gereja Merah) Di Probolinggo Tahun 2013-2019
Abstract
Topik yang menjadi pembahasan dalam skripsi ini adalah Sejarah Lokal yang memfokuskan kajian pada sejarah berdirinya Gereja Protestan diIndonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel Probolinggo. Latar belakang peneilian ini adalah pengaruh koloniaslisme Belanda di Kota Probolinggo, Salah satu bangunan peninggalan kolonialisme Belanda di Kota Probolinggo adalah Protestantsche Kerk Probolinggo yang dibangun pada tahun 1862. Kemudian pada tahun 1948 berganti nama menjadi Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Immanuel atau lebih dikenal dengan sebutan Gereja Merah. Bangunan Gereja Merah merupakan bangunan monumental yang dijadikan landmark Kota Probolinggo. Akantetapi seiring dengan perkembangan pertumbuhan kota, bangunan peninggalan kolonial ini kurang diperhatikan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kota yang menghadirkan bangunan-bangunan baru disekitar gereja dengan gaya arsitektur yang lebih modern. Eksistensi Gereja Merah dapat dilihat dari keberadaan bangunan gereja dari awal didirikan tetap berfungsi sebagai tempat ibadah, hingga pada tahun 2013 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya Kota Probolinggo yang menjadikan bangunan gereja memiliki daya tarik wisata sejarah maupun religi.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimana sejarah berdirinya Gereja Merah; (2) Bagaimana eksistensi gereja merah tahun 2013-2019; Tujuan penelitian ini yaitu; (1) mengkaji sejarah berdirinya gereja merah; (2) Mengkaji eksistensi gereja merah tahun 2013-2019. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yaitu, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Peneliti memperoleh data dengan melakukan metode observasi terhadap kondisi bangunan Gereja, melakukan pengamatan terkait fungsi dan
ix
kondisi fisik bangunan, melakukan wawancara dengan Pendeta Ribca, Arsiparis Kota Probolinggo Bapak Mukhlisin. Teori dan pendekatan yang digunakan oleh peneliti yaitu teori fungsionalisme struktural dari Emile Durkheim dan pendekatan sosiologi agama.
Hasil penelitian ini adalah; (1) sejarah berdirinya Gereja Merah tidak lepas dari pengaruh Kolonialisme Belanda di kota Probolinggo, dimulai dari kebjiakan pemerintah kolonial Belanda untuk mendatangkan tenaga kerja dari wilayah indonesia bagian timur yang sudah memeluk agama kristen protestan. Para tenaga kerja yang didatangkan Belanda di pekerjakan di perkebunan tebu dan pabrik gula yang ada di kota Probolinggo, hingga untuk memenuhi kebutuhan rohani umat nasrani didirikan gereja sebagai rumah ibadah. (2) sedangkan eksistensi gereja merah dapat dilihat dari ditetapkannya bangunan gereja sebagai bangunan cagar budaya Kota Probolinggo pada tahun 2013 yang menjadikan gereja memiliki daya tarik wisata.
Simpulan dalam penelitian ini berupa jawaban dari rumusan masalah yang sudah di paparkan (1) latar belakang berdirinya gereja merah yaitu dibutuhkannya sarana tempat ibadah umat nasrani untuk memenuhi kebutuhan rohani para pekerja didatangkan pemerintah kolonial Belanda ke Kota Probolinggo untuk di pekerjakan di perkebunan tebu dan pabrik gula di Probolinggo, sehingga pada tahun 1862 didirikan bangunan gereja. (2) eksistensi gereja merah dari awal dibangun kemudian ditetapkanya sebagai bangunan cagar budaya pada tahun 2013 serta dilihat dari data kunjungan wisata hingga tahun 2019. Saran dalam penelitian ini diajukan kepada mahasiswa program studi pendidikan sejarah diharapkan dapat menambah wawasan tentang sejarah lokal. Bagi penerus bangsa hendaknya saling menghargai dan menghormati kerukunan antar umat beragama karena indonesia memiliki beragam agama. Bagi pemerintah merupakan masukan untuk dijadikan salah satu pertimbangan melakukan pelestarian bangunan cagar budaya dan pengembangan daya tarik wisata di Kota Probolinggo.