Hubungan Kesejahteraan Spiritual dengan Resiliensi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RS Jember Klinik
Abstract
Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah suatu penyakit yang tidak hanya
menimbulkan masalah fisik tetapi juga aspek psikologis, terutama terkait
pengobatan jangka panjang yang harus dijalani. Adanya hal tersebut dapat
menimbulkan perasaan negatif dan stress yang dapat mengubah pola perilaku dan
kemampuan pasien dalam melakukan manajemen penyakit. Oleh karena itu,
dibutuhkan strategi koping seperti spiritual sebagai sumber kekuatan untuk
menumbuhkan harapan, arti, dan tujuan hidup serta meningkatkan resiliensi pada
pasien DM Tipe 2 dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kesejahteraan spiritual
dengan resiliensi pada pasien DM Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RS Jember Klinik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan crosssectional study dan melibatkan partisipasi 124 pasien DM Tipe 2 yang dipilih
berdasarkan teknik systematic random sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan 2 kuesioner berbahasa Indonesia yaitu kusioner Spiritual
Well-Being Scale (SWBS) untuk mengukur kesejahteraan spiritual dan kuesioner
Connor-Davidson Resilience Scale 25 (CD-RISC 25) untuk mengukur resiliensi.
Skor kesejahteraan spiritual dari 124 partisipan berada pada nilai minimal 62,
maksimal 108, kuartil bawah 72, median 78, dan kuartil atas 88. Indikator religious
well-being memiliki nilai median lebih tinggi daripada indikator existential wellbeing. Pada skor resiliensi, nilai minimal, maksimal, median, kuartil bawah dan
kuartil atas yang diperoleh adalah 42, 100, 66, 72, dan 75. Diantara kelima indikator
yang ada, penerimaan positif terhadap perubahan dan hubungan dengan orang lain
memiliki nilai median tertinggi, sedangkan indikator dengan nilai median terendah
adalah kompetensi pribadi, standar yang tinggi, dan keuletan. Analisis data
menggunakan Spearman Correlation Test menunjukkan adanya hubungan positif
berkekuatan sedang antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada pasien DM
Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Jember Klinik (p value = 0.001, r =
0.446). Hubungan positif mengandung arti bahwa semakin tinggi nilai kesejahteraan
spiritual yang dimiliki pasien, maka nilai resiliensi yang dimiliki juga tinggi.
Semakin baik seseorang menjalin hubungannya dengan keempat komponen
spiritual, maka semakin baik pula kemampuannya untuk beradaptasi dan tetap
berfungsi secara normal dalam menghadapi penyakit DM Tipe 2 yang diderita.
Kesejahteraan spiritual merujuk pada kemampuan seseorang dalam menjalin
hubungan yang baik dengan kesemua aspek spiritual yaitu diri sendiri, orang lain,
lingkungan, dan Tuhan. Dimana adanya hubungan seperti itu dapat memberikan
dampak yang baik bagi seseorang terutama dengan penyakit kronis, salah satunya
DM Tipe 2. Dampak baik yang dimaksud adalah spiritual dapat membuat seseorang
merasa tenang dan aman, memiliki sarana untuk mengurangi kecemasan dan
perasaan negatif, serta meningkatkan harapan dalam menghadapi berbagai
permasalahan, sehingga terciptanya tujuan dan arti hidup yang pada akhirnya hal
tersebut dapat mengembangkan kemampuan menggunakan potensi yang dimiliki
untuk tetap berfungsi sebagaimana mestinya atau menjadi resilien.
Dari penjelasan yang di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara kesejahteraan spiritual dengan resiliensi pada pasien DM Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam Rumah Sakit Jember Klinik. Dimana hubungan tersebut
menunjukkan bahwa kesejahteraan spiritual menjadi salah satu hal yang dapat
meningkatkan resiliensi pasien dalam menghadapi penyakitnya. Sebagai seorang
tenaga kesehatan, perawat diharapkan dapat memberikan asuhan secara holistik. Jika
pasien DM Tipe 2 kurang menunjukkan tingkat adaptasi serta koping yang baik
terhadap kondisi dan penyakitnya, maka peningkatan akan kesejahteraan spiritual
dapat dilakukan, dengan harapan resiliensi pasien tersebut juga akan meningkat.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1531]