Etnomatematika Pada Pembuatan Batik di Perusahaan Tatsaka Cluring Banyuwangi Sebagai Lembar Kerja Siswa
Abstract
Pembelajaran berbasis budaya merupakan suatu metode bagi siswa untuk
mentransformasikan hasil observasi ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif
tentang bidang ilmu, yakni ilmu matematika. Budaya yang dimaksud adalah batik.
Batik Kangkung Setingkes merupakan salah satu batik asli Banyuwangi yang
memiliki makna pentingnya mewujudkan keharmonisan dalam hidup bersama.
Tujuan dari penelitian ini adalah menggali etnomatematika pada pembuatan batik
tulis Kangkung Setingkes serta membuat Lembar Kerja Siswa yang sesuai dengan
kurikulum 2013.
Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Tatsaka Cluring Banyuwangi.
Penelitian ini difokuskan pada proses pembuatan batik tulis Kangkung Setingkes.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan
data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subjek dalam
penelitian ini adalah 7 karyawan Perusahaan Tatsaka. Data yang telah terkumpul
kemudian dianalisis untuk mengetahui adanya konsep aljabar antara lain
(menghitung, mengukur, dan membilang) serta konsep geometri antara lain (titik,
garis, sudut, kesebangunan, kekongruenan, serta transformasi geometri).
Berdasarkan analisis data dari hasil observasi dan wawancara, diperoleh
etnomatematika pada proses pembuatan batik Kangkung Setingkes.
Etnomatematika yang dimaksud adalah konsep aljabar dan konsep geometri.
Konsep aljabar meliputi aktivitas menghitung, mengukur, dan membilang.
Aktivitas menghitung muncul saat pembatik menentukan banyaknya motif
Kangkung Setingkes pada satu lembar kain, menghitung kebutuhan malam,
menghitung perbandingan pewarna, serta menghitung kebutuhan waterglass.
Aktivitas mengukur muncul saat pembatik mengukur kebutuhan air pada proses
nglorod. Aktivitas membilang muncul ketika pembatik menyebutkan suatu bilangan dan satuan untuk ukuran tertentu. Aktivitas membilang berkaitan dengan
satu toples, satu gayung, lima belas menit, dan tiga jam. Satuan yang sering
digunakan adalah centimeter (cm), meter (m), liter (l), yard, ons (hg), dan gram
(gr).
Konsep geometri yang ditemukan antara lain titik, garis, sudut,
kesebangunan, kekongruenan, dan transformasi geometri. Titik dan garis, keduanya
merupakan isian yang terletak pada bagian kelopak bunga serta daun. Isian
diberikan dengan tujuan untuk memenuhi bagian pola yang kosong dan
memperindah batik. Konsep sudut muncul pada bagian tulang daun dimana dalam
proses membuatnya pembatik mempertemukan dua garis pada satu titik pangkal
yang sama. Konsep kesebangunan muncul pada batik bagian pola bunga dan daun.
Beragamnya ukuran ornamen pada Batik Kangkung Setingkes dibuat dengan tujuan
menambah keserasian antar pola satu dengan pola lainnya. Konsep kekongruenan
nampak pada pola yang mengalami translasi. Konsep transformasi geometri antara
lain translasi muncul akibat pergeseran antar motif Kangkung Setingkes dan Buah
Naga dengan satuan jarak tertentu, rotasi muncul akibat perputaran antar daun
dengan salah satu kelopak bunga sebagai sumbu putarnya, refleksi muncul akibat
teknik menjiplak dengan posisi kertas terbalik sehingga menghasilkan motif seperti
dicerminkan, dan dilatasi muncul pada bagian daun yang menjuntai ke bawah
dengan perbesaran tertentu.
LKS berisi panduan terstruktur berupa kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator pencapaian pembelajaran, petunjuk pengerjaan, deskripsi terkait alat dan
bahan membatik, deskripsi terkait batik Kangkung Setingkes, ringkasan materi
terkait perbandingan, serta ringkasan materi terkait geometri. LKS ini diharapkan
mampu meningkatkan pemahaman siswa terkait materi pokok bahasan
perbandingan untuk kelas VII dan geometri untuk kelas XI.