Penggunaan Filler Arang Kayu Pada Aspal Lataston Dan Aspal Laston
Abstract
Struktur perkerasan jalan memiliki bahan pengisi yang disebut filler. Filler
merupakan salah satu bahan yang memiliki fungsi penting, yaitu sebagai pengisi
rongga-rongga dari campuran aspal. Selain itu filler juga memiliki fungsi lain
yaitu sebagai media untuk pelumasan aspal terhadap permukaan agregat.
Meskipun prosentase filler sangat kecil terhadap campuran bahan aspal lainnya,
bukan berarti filler tidak memiliki pengaruh efek besar terhadap sifat-sifat
Marshall yang juga merupakan kinerja campuran terhadap beban lalu lintas..
Aspal laston dan aspal lataston dipilih sebagai bahan pelapis karena memiliki
fungsi yang hampir sama yaitu sebagai lapisan yang kedap terhadap air dan
melindungi lapisan di bawahnya. Selain itu aspal laston dan aspal lataston juga
dapat memberikan kenyamanan bagi pengendara lalu lintas.
Penelitian ini dilakukan terhadap campuran AC–WC dan HRS–WC.
Campuran ini akan dibuat 2 jenis campuran dengan bahan dasar yang sama, yaitu
untuk agregat kasar dan agregat medium didapatkan dari PT. Sunan Muria.
Perencanaan variasi benda uji akan dibuat masing-masing campuran dengan
menggunakan 5 variasi kadar aspal dan terdapat 3 benda uji untuk setiap kadar
aspal sehingga terdapat 15 benda uji dengan keseluruhan total benda uji terdapat
60 benda uji. Kadar aspal yang digunakan dari masing-masing campuran AC-WC
adalah 4,8%, 5,3%, 5,8%, 6,3% dan 6,8%. Dan untuk campuran HRS-WC
digunakan kadar aspal 7,39%, 7,89%, 8,39%, 8,89% dan 9,39%.
Dari analisa didapatkan bahwa penambahan filler serbuk arang kayu pada
campuran aspal menyebabkan nilai-nilai karakteristik pada campuran seperti
stabilitas pada campuran AC-WC menggunakan abu batu sebesar 1511,9 kg,
sedangkan jika menggunakan arang kayu menurun menjadi 1049,6 kg, Marshall
Quotient (campuran dengan filler abu batu = 613,3 kg/mm; campuran arang kayu
= 295,8 kg/mm), VMA (campuran filler abu batu = 15,05%; campuran arang kayu mengalami kenaikan = 20,38%), VIM (campuran filler abu batu = 3,6%;
campuran dengan arang kayu terjadi kenaikan = 9,6%). Sedangkan pada
campuran HRS-WC nilai stabilitas menggunakan filler abu batu = 1899,17 kg;
campuran arang kayu mengalami penurunan = 941,6 kg. Demikian juga yang
terjadi pada Marshall Quotient (campuran filler abu batu = 472,9 kg/mm;
campuran arang kayu = 377 kg/mm), VMA (campuran filler abu batu = 21,01%;
campuran arang kayu = 22,41%), VIM (campuran filler abu batu = 5,6%;
campuran dengan arang kayu terjadi kenaikan = 7,2%).
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4097]