Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Katarak di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember
Abstract
Mata adalah alat indera yang sangat vital bagi manusia. Sebagai indera penglihatan mata memiliki peranan yang sangat penting bagi seorang individu dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Secara global diperkirakan 1,3 miliar orang hidup dengan masalah penglihatan. Katarak merupakan penyebab tertinggi dari kebutaan dengan presentase 51 % dari seluruh penyebab kebutaan. Katarak adalah gangguan penglihatan berupa kekeruhan pada lensa mata, hal ini dikarenakan ada gangguan metabolisme pada lensa mata dan akan berakibat pada refraksi cahaya yang masuk kedalam retina mengalami gangguan. Untuk mengatasi katarak, tindakan operasi merupakan cara yang paling efektif untuk digunakan. Proses pembedahan dengan berbagai komplikasinya adalah salah satu stressor yang akan meningkatkan tigkat kecemasan pada pasien. Menurut beberapa penelitian kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan bagi pasien serta keberhasilan prosedur operasi. Komunikasi terapeutik sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan merupakan salah satu faktor yang harus di tingkatkan kualitasnya sehingga dapat menurunkan kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi. Hal ini dapat terjadi karena saat terjadi komunikasi terapeutik antara perawat-pasien maka akan terjadi interakasi yang bermakna dimana perawat dan pasien dapat berbagi pengetahuan, perasaan, dan informasi satu sama lain, selain itu juga akan terbina hubungan yang baik antara pasien dengan perawat yang membuat pasien bisa menerima dan memahami kondisinya sehingga kecemasan menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di RS Tingkat III Baladhika Husada Jember. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif observasional analitik dengan metode pendekatan cross sectional. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan total sampel berjumlah 98 responden yaitu pasien pre operasi katarak di RS Tingkat III Baladhika Husada Jember. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner demografi, kuesioner Komunikasi Terapeutik Perawat, dan kuesioner APAIS (Amsterdam Preoperative Anxiety And Information Scale). Uji etik penelitian No. 723/UN25.8/KEPK/DL/2019. Hasil pengukuran selanjutnya dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman rank test dengan nilai α = 0,05. Hasil pengukuran variabel komunikasi terapeutik perawat didapatkan 59 pasien (60,2%) menilai komunikasi terapeutik perawat dalam kategori baik. Sedangkan pengkuran pada variabel tingkat kecemasan pasien menunjukkan bahwa 55 pasien (56,1%) berada pada tingkat kecemasan ringan. Hasil uji korelasi Spearman rank test menunjukan adanya hubungan signifikan dengan hasil p-value = 0,001 dengan nilai koefisien korelasi sebesar r = -0,693 yang menunjukan hubungan keeratan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan pada keeratan kuat. Adapun arah hubungan menunjukan nilai negatif yang berarti bahwa semakin tinggi atau semakin baik komunikasi terapeutik perawat maka akan semakin rendah pula kecemasan yang dirasakan oleh pasien pre operasi katarak. Proses pembedahan dengan berbagai komplikasinya adalah salah satu stressor yang akan meningkatkan tigkat kecemasan pada pasien. Menurut beberapa penelitian kecemasan yang terjadi pada pasien pre operasi akan menyebabkan berbagai dampak yang merugikan bagi pasien serta keberhasilan prosedur operasi, seperti: meningkatkan tekanan darah dan pernafasan yang dapat menyebabkan pendarahan baik pada saat operasi berlangsung ataupun pasca operasi, meningkatkan persepsi nyeri sehingga akan menyebebabkan peningkatan rasa nyeri pasca operasi, menurunkan tingkat keberhasilan dari prosedur operasi karena gangguan gerakan yang diakibatkan gerakan tubuh yang tidak terkontrol pada pasien cemas, serta pasien akan mengalami penurunan konsentrasi sehingga sulit memahami penjelasan serta instruksi dari tenaga medis yang berkaitan dengan tindakan perioperatif yang seharusnya membuat pasien merasa nyaman.
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Komunikasi sangat dibutuhkan baik bagi perawat maupun pasien. Terlebih bagi pasien yang akan menjalani prosedur operasi. Hampir sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan. Pasien sangat membutuhkan penjelasan yang baik dari perawat. Komunikasi yang baik diantara mereka akan menentukan tahap operasi selanjutnya. Pasien yang cemas saat akan menjalani operasi kemungkinan mengalami efek yang tidak menyenangkan bahkan akan membahayakan. Hal ini dapat terjadi karena saat terjadi komunikasi terapeutik antara perawat-pasien maka akan terjadi interakasi yang bermakna dimana perawat dan pasien dapat berbagi pengetahuan, perasaan, dan informasi satu sama lain, selain itu juga akan terbina hubungan yang baik antara pasien dengan perawat yang membuat pasien bisa menerima dan memahami kondisinya sehingga kecemasan menurun. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Komunikasi terapeutik perawat merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien, oleh karena itu, diharapkan perawat dapat menggali lebih dalam kemampuan untuk melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien sehingga dapat meningkatkan kualitas perawatan secara optimal dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]