Perbedaan Perilaku Seksual Remaja yang Mengikuti dan Tidak Mengikuti Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) pada Remaja SMU di Kabupaten Jember
Abstract
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa
dewasa dengan usia antara 10-24 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami remaja dipengaruhi oleh faktor biologis, emosional, kognitif, dan sosial.
Remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi
yang dialami remaja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja
menempatkan remaja sebagai kelompok beresiko di kehidupannya. Faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah meningkatnya dorongan seksual,
penundaan usia perkawinan, tabu atau larangan, kurangnya pengetahuan
kesehatan reproduksi dan pergaulan semakin bebas (Sarwono, 2011).
Berdasarkan hasil survei perilaku seksual yang beresiko pada remaja oleh
Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2009 di 33 provinsi
menyebutkan bahwa 22,6% remaja pernah melakukan hubungan seks dan 62,7%
remaja SMA tidak perawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prastiwi tahun
2009 terhadap perilaku seksual remaja di Jember didapatkan bahwa, sebanyak
76% adalah perilaku seksual pasif (berciuman, meraba, petting), sedangkan
perilaku seksual aktif (intercourse) sebanyak 24%.
Permasalahan kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual beresiko
remaja dengan program promosi kesehatan dapat dilakukan melalui pemberian
informasi tentang aspek biologis dari seks, nilai budaya dan sosial, serta peduli
pada sikap dan perasaan (Allender & Spardley, 2001). Pusat Informasi dan
Konseling Remaja (PIK-R) adalah suatu wadah kegiatan program kesehatan
reproduksi remaja (KRR) yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja guna
ix
memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang kesehatan reproduksi
remaja.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan perilaku seksual
remaja yang mengikuti dan tidak mengikuti pusat informasi dan konseling remaja
(PIK-R) pada remaja SMU di Kabupaten Jember. Desain penelitian adalah
kuantitatif menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 507 siswa SMU Negeri “X” dan
742 siswa SMK Negeri “Y” Jember. Sampel yang diambil dalam penelitian
sebanyak 168 orang, yang terbagi dalam 2 kelompok, yaitu 84 responden yang
mengikuti dan 84 responden yang tidak mengikti PIK-R. Teknik pemilihan
sampel yang digunakan adalah multistage random sampling. Uji validitas dan
reliabilitas menggunakan Pearson Product Moment dan uji Alpha Cronbach.
Analisa data menggunakan chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang mengikuti
PIK-R tergolong memiliki perilaku seksual tidak beresiko yaitu sebesar (69%) dan
sebesar (31%) tergolong perilaku seksual remaja beresiko. Sedangkan pada
remaja yang tidak mengikuti PIK-R sebagian besar tergolong memiliki perilaku
seksual remaja beresiko sebesar (52,4%) dan sebesar (47,6%) tergolong perilaku
seksual remaja tidak beresiko.
Perhitungan uji statistik chi square didapatkan p value 0,008 dan OR 0,408
yang berarti Ho ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada perbedaan
perilaku seksual remaja pada remaja yang mengikuti dan tidak PIK-R pada remaja
SMU di Kabupaten Jember. Terdapat asosiasi positif dengan kecenderungan
remaja yang mengikuti PIK-R memiliki perilaku seksual tidak beresiko lebih
besar dibandingkan dengan remaja yang tidak mengikuti. Saran penelitian adalah
perlu adanya tindak lanjut dari tenaga kesehatan setempat terutama perawat
komunitas melalui pusat informasi dan konseling remaja (PIK-R) dengan tindakan
pencegahan berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier dengan pendekatan
konsep at risk terkait permasalahan perilaku seksual beresiko pada remaja.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]