Profil Berpikir Kreatif Menurut Wallas Dalam Menyelesaikan Soal Materi Balok Ditinjau Dari Tipe Kepribadian Florence Littauer Siswa Kelas Viii G
Abstract
Pada hakikatnya sebagai manusia memiliki karakteristik yang berbeda
beda, baik dalam bersikap, pola pikir maupun kepribadiannya, demikian pula 
dengan peserta didik. Menurut Littauer (1996), tipe kepribadian manusia 
digolongkan menjadi empat, yaitu  sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis. 
Perbedaan kepribadian tersebut juga berpengaruh terhadap profil berpikir kreatif 
siswa saat menyelesaikan suatu masalah, seperti pada penyelesaian masalah 
matematika. Menurut Siswono (dalam Putri dan Wijayanti, 2012) ada 3 kriteria 
seseorang untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yaitu kefasihan, 
keluwesan dan kebaruan. 
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kreatif siswa 
berdasarkan tipe-tipe kepribadian menurut Florence Littauer. Jenis penelitian ini 
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah 
4 siswa kelas VIII G MTs Negeri 2 Jember. Penelitian ini dilakukan pada 
semester genap tahun ajaran 2017/2018. Instrumen penelitian yang digunakan 
adalah angket tipe kepribadian, tes soal profil berpikir kreatif,  dan pedoman 
wawancara. 
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, siswa cenderung melalui 
semua tahapan berpikir kreatif model Wallas. Terdapat perbedaan antara masing
masing tipe kepribadian dalam melalui setiap tahapan berpikir kreatif model 
Wallas. Adapun profil berpikir kreatif siswa dengan tipe kepribadian sanguinis 
(S), koleris (K), melankolis (M), dan phlegmatis (PH) adalah sebagai berikut. 
Siswa bertipe S memiliki kecenderungan mampu memahami permasalahan 
dengan lancar mengenai apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal pada tahap 
preparasi. Pada tahap inkubasi, siswa S melalui proses merenung atau diam  sejenak ketika memikirkan ide penyelesaian dengan waktu yang cukup lama dan 
siswa S mampu memikirkan beberapa ide penyelesaian yang dituangkan dalam 
bentuk coretan pada lembar coretan. Pada tahap Iluminasi, mampu menyelesaikan 
permasalahan dengan lancar dan benar, serta mampu menemukan lebih dari satu 
ide dalam menyelesaikan permasalahan. Pada tahap verifikasi, siswa S memeriksa 
kembali jawaban yang mempunyai satu solusi dengan lancar. 
Siswa bertipe K memiliki kecenderungan mampu memahami 
permasalahan dengan lancar dan menggunakan beberapa alternative dalam 
mengumpulkan data mengenai apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal 
pada tahap preparasi. Pada tahap inkubasi, siswa K melalui proses merenung atau 
diam sejenak ketika memikirkan ide penyelesaian dengan waktu yang singkat dan 
mampu memikirkan cara yang unik serta berbeda. Pada tahap Iluminasi, mampu 
menemukan satu ide penyelesaian dengan lancar, unik, dan benar. Pada tahap 
verifikasi, siswa K tidak memeriksa kembali jawaban yang telah dikerjakan. 
Siswa bertipe M memiliki kecenderungan mampu memahami 
permasalahan dengan lancar mengenai apa yang diketahui dan ditanyakan dalam 
soal pada tahap preparasi. Pada tahap inkubasi, siswa M melalui proses merenung 
atau diam sejenak ketika memikirkan ide penyelesaian dengan waktu yang cukup 
lama. Pada tahap Iluminasi, mampu menemukan satu ide penyelesaianm dengan 
lancar dan benar. Pada tahap verifikasi, siswa M memeriksa kembali jawaban 
yang mempunyai satu solusi dengan lancar.  
Siswa bertipe PH memiliki kecenderungan mampu memahami 
permasalahan dengan lancar dan menggunakan beberapa alternative dalam 
mengumpulkan data mengenai apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal 
pada tahap preparasi. Pada tahap inkubasi, siswa PH melalui proses merenung 
atau diam sejenak ketika memikirkan ide penyelesaian dengan waktu yang cukup 
lama dan mampu memikirkan cara yang unik serta berbeda. Pada tahap Iluminasi, 
mampu menemukan satu ide penyelesaian dengan lancar, unik, dan benar. Pada 
tahap verifikasi, siswa PH memeriksa kembali jawaban yang mempunyai satu 
solusi unik dengan lancar.