Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/97410
Title: The Compliance-Based Coffee Growers of Bondowoso on Regent Amin Said Husni in the Culture of Madurese Society
Authors: Izzah, Latifatul
Sulistiyono, Singgih Tri
Rochwulaningsih, Yety
Salindri, Dewi
Handayani, Sri Ana
Januar, Jani
Afiah, Neneng
Keywords: regent
coffee farmers
Madurese ethnic
Madurese culture
Issue Date: 1-Dec-2019
Publisher: Karsa: Journal of Social and Islamic Culture, Vol. 27 No.2, December 2019, pp. 202-229
Abstract: This study discussed the compliance of the coffee farmers particularly in Sumberwringin Bondowoso against the figure Amin Said Husni. The Regent concerns for the fate of the coffee farmers and public welfare in Bondowoso cannot be inseparable from the religious life of the Regent; implementing policies based on the principles of the Islamic religion. This study aimed to answer the question regarding the causes of the emergence of people’s compliance with coffee farmers to switch the Arabica coffee plant according to the instructions given by the Regent. This study applied the habitus concept developed by Pierre Bourdieu and sharpened using the historical method. The studied population was coffee farmers at district of Sumberwringin (Sukorejo, Rejoagung and Sumberwringin village). This study found that the compliance of the coffee farmers could attract people who originally planted Robusta switched to Arabica coffee as their Regent’s instruction. The compliance of coffee farming communities (majority of Madurese) was hierarchical obedience that became a necessity to be actualized in daily praxis as “normative” binding. The compliance of produce luck to economic conditions as well as improving the welfare of coffee farmers, because the selling price of Arabika is higher than the Robusta coffee. [Kajian ini membahas tentang kepatuhan para petani kopi Bondowoso khususnya Kecamatan Sumberwringin terhadap sosok Bupati Amin Said Husni. Kepedulian Bupati terhadap nasib para petani kopi dan kesejahteraan masyarakat Bondowoso tidak terlepas dari kehidupan Bupati yang agamis. Melaksanakan kebijakannya berdasarkan kaidah-kaidah agama Islam. Kajian ini bertujuan menjawab permasalahan tentang: penyebab munculnya kepatuhan para petani kopi rakyat untuk beralih menanam kopi Arabika sesuai instruksi Bupati. Penelitian ini akan dibedah dengan menggunakan “konsep habitus” yang dikembangkan oleh Pierre Bourdieu serta dipertajam dengan menggunakan metode historis. Populasi yang dijadikan fokus yaitu petani kopi rakyat kecamatan Sumberwringin (desa Sukorejo, desa Rejoagung dan desa Sumberwringin) kabupaten Bondowoso. Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa kepatuhan petani kopi rakyat yang semula menanam kopi Robusta dan beralih pada kopi Arabika karena instruksi Bupati. Kepatuhan masyarakat petani kopi yang mayoritas etnis Madura merupakan kepatuhan hierarkis yang menjadi keniscayaan untuk diaktualisasikan dalam praksis keseharian sebagai “aturan normatif” yang mengikat. Kepatuhan tersebut menghasilkan keberuntungan terhadap kondisi ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan bagi para petani kopi, karena harga jual kopi Arabika lebih tinggi dari kopi Robusta.
URI: http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97410
Appears in Collections:LSP-Jurnal Ilmiah Dosen

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
F. IB_Jurnal_Latifatul Izzah_The Compliance-Based Coffee Growers of Bondowoso.pdf4.85 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.