Please use this identifier to cite or link to this item: https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/89795
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorFajrin, Fifteen Aprila-
dc.contributor.authorKhotib, Junaidi-
dc.contributor.authorSusilo, Imam-
dc.date.accessioned2019-03-13T04:35:23Z-
dc.date.available2019-03-13T04:35:23Z-
dc.date.issued2019-03-13-
dc.identifier.issn0125-9695-
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/89795-
dc.descriptionBul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 4, 2013: 225 - 236en_US
dc.description.abstractNyeri merupakan pengalaman yang multidimensional. Umumnya kebanyakan penyakit kronik selalu disertai dengan nyeri. Nyeri kronik dapat disebabkan oleh inflamasi maupun neuropati dengan patofisiologi yang berhubungan dengan aktivitas reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) subunit 2B (NR2B). Sampai saat ini pengobatan nyeri kronik menjadi tantangan. Obat yang bekerja sebagai agonis GABA seperti gabapentin dan baclofen dilaporkan mempunyai peranan penting dalam penghambatan proses nyeri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian gabapentin dan baclofen terhadap histologi dorsal horn pada keadaan nyeri kronik akibat inflamasi. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana gabapentin dan baclofen dapat digunakan sebagai terapi pada nyeri kronik. Empat puluh mencit dibagi menjadi delapan kelompok, yaitu sham, kontrol negatif, gabapentin dosis 10, 30 dan 100 nmol/mencit serta baclofen dosis 1, 10 dan 30 nmol/mencit. keadaan inflamasi diinduksi oleh injeksi intraplantar CFA (Completed Freud's Adjuvants). Gabapentin dan baclofen diberikan secara intratekal sehari sekali selama tujuh hari, pada hari ketujuh setelah induksi CFA. Waktu ketahanan terhadap stimulus panas diukur menggunakan hot/cold plate pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12 dan 14 setelah induksi. Tebal plantar diukur pada hari ke-0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 12 dan 14 setelah induksi. Respon nyeri diamati secara visual seperti mendekatkan kedua tungkai kaki ke depan, menjilat tungkai kaki ke depan, gerakan meliuk, berusaha melompat keluar hot/cold plate,dan menghentakkan tungkai belakang. Histologi bagian dorsal horn dari spinal cord diamati menggunakan pewarnaan haematoxyllin-eosin. Pemberian gabapentin dan baclofen meningkatkan waktu ketahanan terhadap stimulus panas secara signifikan dibandingkan kontrol. Secara histologi, pemberian gabapentin dan baclofen menurunkan sel inflamatori, menurunkan vasodilatasi dan meningkatkan bentukan neuron pada dorsal horn dari spinal cord dibandingkan dengan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian gabapentin dan baclofen meningkatkan waktu ketahanan terhadap stimulus panas serta memperbaiki histologi dorsal horn dari spinal cord mencit dengan nyeri inflamasi setelah induksi CFA.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectNyeri inflamasien_US
dc.subjectCFAen_US
dc.subjectgabapentinen_US
dc.subjectBaclofenen_US
dc.subjectdorsal hornen_US
dc.titleHistologi Dorsal Horn dari Spinal Cord Mencit yang Mengalami Nyeri Inflamasi Akibat Induksi CFA (Completed Freud’s Adjuvant) Setelah Pemberian Gabapentin dan Baclofen (Dorsal Horn Histology of Spinal Cord from Mice with CFA (Completed Freud's Adjuvant) Induced Inflammatory Pain After Gabapentin and Baclofen Administration)en_US
dc.typeArticleen_US
Appears in Collections:LSP-Jurnal Ilmiah Dosen

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
F. Farmasi_Jurnal_Fifteen AF_HISTOLOGI DORSAL HORN DARI SPINAL CORD.pdf313.68 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.