Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/82245
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Winata, I Nyoman Adi | - |
dc.contributor.advisor | Oktavianawati, Ika | - |
dc.contributor.author | Karolina, Anita | - |
dc.date.accessioned | 2017-10-19T02:08:37Z | - |
dc.date.available | 2017-10-19T02:08:37Z | - |
dc.date.issued | 2017-10-19 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/82245 | - |
dc.description.abstract | Jamu atau obat tradisional sudah dikenal dan digunakan di seluruh dunia sejak waktu yang lama. Pemanfaatan jamu bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk hewan. Terhadap hewan, pemberian jamu dapat meningkatkan produktivitas. Rimpang temu-temuan merupakan bahan utama pembuatan jamu hewan. Salah satunya adalah rimpang dari tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.). Rimpang temulawak mengandung terpenoid, fenol, flavonoid, saponin, alkaloid, kumarin. Rimpang temulawak terkandung kadar pati, abu dan kurkumin. Warna kuning temulawak berasal dari senyawa turunan fenol yang termasuk kelompok kurkuminoid. Ada dua senyawa kurkuminoid yang ditemukan pada temulawak, yaitu kurkumin dan demetoksikurkumin. Senyawa ini diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Larutan standar kurkumin digunakan untuk pembuatan kurva standar dengan volume 8, 10, 12, 14, 16 dan 18 μl. Rimpang temulawak yang telah dihaluskan dan ditambahkan EM-4 dengan variasi penambahan volume sebanyak 10, 20, dan 30 mL, serta tanpa penambahan EM-4 difermentasi selama tujuh hari. Hasil fermentasi disaring, filtrat yang dihasilkan diekstraksi menggunakan kloroform, kemudian dievaporasi. Hasil evaporasi dilarutkan sampai tanda batas 5 ml dengan aseton. Sampel dianalisis menggunakan KLT dengan campuran eluen kloroform:etanol:asam asetat glasial (97:2:1). Analisa penentuan kadar dilakukan dengan metode KLT-Densitometri pada panjang gelombang 420 nm. Kadar kurkumin semakin bertambah seiring dengan semakin banyaknya penambahan volume EM4. Kadar kurkumin dengan penambahan 10, 20 dan 30 ml EM4 berturut-turut yaitu 0,49 x 10-3 mg/kg; 0,53 x 10-3 mg/kg; dan 3,38 x 10-3 mg/kg. Kadar kurkumin dengan penambahan 10 dan 20 ml EM4 lebih sedikit dibandingkan dengan sampel tanpa penambahan EM4, yaitu 0,49 x 10-3 mg/kg dan 0,53 x 10-3 mg/kg dibanding dengan 0,79 x 10-3 mg/kg. Sedangkan sampel dengan penambahan 30 ml EM4 mengandung kadar kurkumin lebih besar, yaitu 3,38 x 10-3 mg/kg. Sampel dengan penambahan 10 dan 20 ml EM4 terbentuk spot selain pada larutan standar yang kadarnya cukup besar sehingga kurkumin yang terhitung menjadi lebih rendah dibandingkan dengan sampel tanpa penambahan EM4. Sebaliknya, pada penambahan 30 ml EM4, intensitas spot kurkumin yang terbentuk lebih tebal dibandingkan dengan penambahan 10 dan 20 ml EM4, dengan senyawa lain lebih sedikit daripada sampel dengan penambahan 10 dan 20 ml EM4, sehingga kadar kurkumin yang terhitung paling besar. | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Pengaruh Fermentasi | en_US |
dc.subject | Effective Microorganisms-4 (EM-4) | en_US |
dc.subject | Kadar Kurkumin Ekstrak Rimpang Temulawak | en_US |
dc.title | PENGARUH FERMENTASI OLEH EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4) TERHADAP KADAR KURKUMIN EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Mathematics and Natural Sciences |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Anita Karolina.pdf | 2.79 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools