Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/72745
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.advisor | Wahyuningsih, Sri | - |
dc.contributor.advisor | Ahmad, Hamid | - |
dc.contributor.author | Faruq K., Ahmad | - |
dc.date.accessioned | 2016-01-28T04:43:32Z | - |
dc.date.available | 2016-01-28T04:43:32Z | - |
dc.date.issued | 2016-01-28 | - |
dc.identifier.nim | 101710201061 | - |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/72745 | - |
dc.description.abstract | Banjir adalah genangan air di permukaan tanah, yang terjadi akibat tidak baiknya sistem drainase, sehingga tumpahan air hujan dan atau kiriman air dari daerah hulu tidak tertampung oleh sungai. Banjir merupakan salah satu bencana yang frekuensinya paling besar di Indonesia. Metode TLM (Threshold Level Method) merupakan metode yang digunakan untuk penentuan atas ambang batas banjir yang selanjutnya diolah menjadi data jumlah dan lama kejadian banjir serta jumlah pelampauan debit sungai. Metode TLM digunakan untuk menentukan ambang batas banjir yang terjadi di sungai dan input data yang digunakan hanya data rekaman debit pada periode tertentu. Nilai debit yang melampaui ambang batas dikatakan mengalami kelebihan air yang selanjutnya dinyatakan sebagai peristiwa banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ambang batas banjir pada 24 DAS di tiga wilayah UPT PSDA Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2014 sampai dengan Januari 2015. Studi dilakukan pada 24 DAS di wilayah UPT PSDA Malang, Madiun, dan Bojonegoro. 24 DAS tersebut yaitu (1) DAS Bacem, (2) DAS Lebaksari, (3) DAS Jabon, (4) DAS Baros, (5) DAS Temon, (6) DAS Keser, (7) DAS Kebak, (8) DAS Pundensari, (9) DAS Nambangan, (10) DAS Magetan, (11) DAS Kauman, (12) Napel, (13) Ngawi, (14) Kedungpring, (15) Ngindeng, (16) Cepu, (17) Setren, (18) Pejok, (19) Babat, (20) Gandek, (21) Merakurak, (22) Genaharjo, (23) Singgahan, dan (24) Belikanget. Penentuan ambang batas banjir dengan metode TLM adalah dengan menggunakan nilai persentil 90 (Q90) dari data rekaman debit masing-masing DAS yang diamati. Sehingga, kejadian debit yang melampaui ambang batas yang telah ditentukan akan dikatagorikan sebagai kejadian banjir. Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada 24 DAS yang tersebar di wilayah UPT PSDA Malang, Madiun dan Bojonegoro dengan menggunakan data viii debit selama 6 tahun diperoleh ambang batas debit banjir yang terbesar adalah pada DAS Babat sebesar 990 m3/s dan terkecil pada DAS Baros sebesar 0.13 m3/s, sedangkan untuk banyaknya kejadian banjir terbanyak terjadi pada DAS Kedungpring sebanyak 122 kejadian dan yang paling sedikit pada DAS Belikanget sebanyak 23 kejadian. Berdasarkan hasil pengamatan kejadian banjir dengan menggunakan TLM diperoleh karakteristik banjir yaitu pada 24 DAS yang diamati jika dirata-rata kejadian banjir paling banyak terjadi pada bulan Februari dan Maret yang selanjutnya di sebut sebagai bulan rawan banjir. Sedangkan, untuk sebaran kejadian banjir tahunan terbanyak terjadi pada tahun 1998 dan 2001 | en_US |
dc.language.iso | id | en_US |
dc.subject | Kejadian Banjir | en_US |
dc.subject | Metode Ambang Batas | en_US |
dc.title | ANALISIS KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH UPT PSDA MALANG, MADIUN, DAN BOJONEGORO MENGGUNAKAN METODE AMBANG BATAS (Threshold Level Method) | en_US |
dc.type | Undergraduat Thesis | en_US |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Agricultural Technology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Ahmad Faruq K. - 101710201061.pdf | 2.21 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools