Please use this identifier to cite or link to this item:
https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/65377
Title: | ANALISIS DEFISIT DEBIT DAS MENGGUNAKAN METODE AMBANG BATAS (Threshold Level Method) Studi Kasus UPT PSDA (Malang, Madiun, dan Bojonegoro) |
Authors: | WAHYUNINGSIH, Sri AHMAD, Hamid WALID, Holid Bin |
Keywords: | DEFISIT DEBIT DAS METODE AMBANG BATAS |
Issue Date: | 1-Dec-2015 |
Abstract: | Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2014 sampai dengan Desember 2014. Studi dilakukan pada 24 DAS terbagi dalam 3 balai UPT PSDA yaitu balai UPT PSDA Malang, Bojonegoro, dan Madiun. 24 DAS tersebut yaitu (1) DAS Bacem, (2) DAS Lebaksari, (3) DAS Jabon, (4) DAS Baros, (5) DAS Temon, (6) DAS Keser, (7) DAS Duren Kebak, (8) DAS Pundensari, (9) DAS Nambangan, (10) DAS Magetan, (11) DAS Kauman, (12) DAS Napel, (13) DAS Madiun Ngawi, (14) DAS Kedungpring, (15) DAS Ngindeng, (16) DAS Cepu, (17) DAS Setren, (18) DAS Pejok, (19) DAS Babat, (20) DAS Gandek, (21) DAS Merakurak, (22) DAS Genaharjo, (23) DAS Singgahan, dan (24) DAS Belikanget. Perhitungan yang dihasilkan dari metode TLM adalah nilai ambang batas debit minimal pada suatu DAS, nilai ambang batas debit didapatkan dari penentuan persentil 80 dari data rekaman debit yang digunakan, sehingga setiap kejadian debit terekam berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditentukan akan dinilai sebagai kejadian defisit air. Berdasarkan analisis data yang dilakukan pada 24 DAS yang diamati, diketahui bahwa luas DAS tidak berpengaruh langsung terhadap besar dan kecilnya nilai ambang batas debit karena untuk menentukan nilai ambang batas debit hanya diperlukan rekaman data debit aliran sungai tanpa memperhitungkan luas DAS. Dari hasil analisis debit DAS yang dilakukan didapatkan nilai ambang batas terbesar terdapat di DAS Pundensari dengan nilai ambang batas defisit sebesar 45 m3/s, dan nilai ambang batas terkecil terdapat di DAS Duren Kebak dengan nilai ambang batas defisit sebesar 0,01 m3/s. DAS dengan frekuensi defisit debit terbesar adalah pada DAS Pundensari yang mengalami 18 kali peristiwa defisit >7 hari, dan DAS dengan frekuensi defisit debit terkecil adalah pada DAS Belikanget yang mengalami 2 kali peristiwa defisit >7 hari sepanjang periode yang diamati. Saat luas DAS ≤4000 Km2 nilai ambang batas cenderung bernilai 0 sampai dengan 1 m3/s, sedangkan Saat luas DAS ≥4000 Km2 nilai ambang batas cenderung bernilai ≥1 m3/s. dari hasil perhitungan defisit debit, terbukti bahwa luas sawah yang besar belum tentu berpengaruh terhadap terjadinya defisit debit, akan tetapi ketersediaan debit DAS terukur yang sangat berpengaruh terhadap ambang batas defisit, semakin besar debit minimum yang tersedia (Q80) maka kemungkinan terjadinya defisit debit DAS akan semakin kecil. |
URI: | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65377 |
Appears in Collections: | UT-Faculty of Agricultural Technology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
Holid Bin Walid - 101710201007.pdf | 1.75 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.
Admin Tools