Penentuan Kandungan Kalium pada Tanah Perkebunan Sentool dengan Menggunakan Metode Potensiometri

Abstract

Tanah adalah media alam yang digunakan untuk pertumbuhan tanaman. Tanah menyediakan unsur-unsur hara yang berperan sebagai sumber nutrisi bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dibagi menjadi dua jenis yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman adalah unsur kalium. Unsur kalium merupakan unsur hara makro ketiga yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu untuk memperkokoh tubuh tanaman, meningkatkan resistensi terhadap serangan hama dan penyakit dan dapat mempercepat pembentukan zat karbohidrat dalam tanaman. Metode yang umum digunakan dalam analisis kandungan kalium pada tanah adalah spektrofotometri AAS. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk analisis kandungan kalium pada tanah adalah metode potensiometri. Potensiometri merupakan metode analisis yang banyak digunakan untuk menentukan kandungan ion-ion tertentu dalam suatu larutan. Penelitian ini menggunakan beberapa variasi yaitu variasi waktu, jenis pupuk dan jarak pengambilan sampel. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel yang menggunakan teknik random sampling, kemudian sampel tanah tersebut ditentukan kadar air dan juga nilai pH nya. Sampel tanah diekstraksi sampai menghasilkan filtrat yang nantinya akan digunakan untuk menentukan nilai kadar kalium dengan menggunakan metode potensiometri. Hasil kadar kalium pada masing-masing sampel kemudian diuji karakteristik pengukurannya dengan penentuan linieritas, sensitivitas, limit deteksi, reprodusibilitas, dan akurasi. Hasil pengukuran pH untuk lahan kelengkeng berkisar 6,13 – 6,95, untuk lahan jeruk 5,13 – 6,07 dan lahan alpukat 5,84 – 6,53. Kondisi pH tanah dari ketiga lahan tersebut termasuk dalam pH masam dan mengalami peningkatan setelah dilakukan pemupukan. Hal ini dikarenakan bahan-bahan organik dalam pupuk dapat meningkatkan nilai pH tanah. Tahap pertama yaitu untuk mengetahui pengaruh waktu setelah pemupukan terhadap kandungan kalium pada tanah Perkebunan Sentool menggunakan 5 variasi waktu pengambilan sampel. Variasi pengambilan sampel yang dilakukan yaitu sehari sebelum pemupukan, H+3, H+6, H+9, dan H+12 setelah pemupukan. Hasil dari penelitian ini diperoleh kandungan kalium meningkat setelah dilakukan proses pemupukan. Hal ini dikarenakan pupuk yang digunakan dapat menambah kandungan kalium dalam tanah. Tahap kedua yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan jenis pupuk. Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk mutiara, NPK, ZA, phonska, KCl dan pupuk organik. Kadar kalium yang diperoleh dengan variasi jenis pupuk untuk pupuk mutiara 11,22-25,46 ppm, pupuk campuran (phonska, ZA, KCl) 11,38-2,81 ppm, dan pupuk organik 11,43-22,81 ppm. Setiap lahan memiliki hasil kandungan kalium yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan pada setiap pupuk yang digunakan memiliki kandungan kalium dan proses peruraian pupuk dalam tanah yang berbeda. Tahap percobaan yang ketiga yaitu untuk mengetahui pengaruh jarak pengambilan sampel terhadap kandungan kalium pada tanah. Kadar kalium yang diperoleh pada variasi jarak 10 cm untuk lahan kelengkeng 19,64-25,46 ppm, jeruk 11,43-22,81 ppm dan alpukat 12,73-24,53 ppm. Kadar kalium pada variasi jarak 20 cm untuk lahan kelengkeng 10,22-15,91 ppm, jeruk 11,38-14,59 ppm dan alpukat 11,17-17,24 ppm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kandungan kalium yang berada pada jarak 10 cm dari pusat tanaman lebih besar dibandingkan dengan jarak 20 cm. Hal ini dipengaruhi oleh teknik pemupukan yang dilakukan.