dc.description.abstract | Gula merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis bagi ketahanan pangan. Salah satu produsen gula di Jawa Timur yaitu PG Semboro. PG Semboro merupakan salah satu industri di sektor perkebunan yang mengolah bahan baku tebu menjadi kristal gula. Untuk menjamin permintaan konsumen akan gula dapat terpenuhi dengan lancar, mesin produksi gula harus bekerja dengan lancar dan optimal. Untuk menjaga mesin produksi dapat selalu dalam kondisi yang prima maka diperlukan sistem perawatan (maintenance). Maintenance dapat bermakna perawatan atau perbaikan untuk menjamin kelangsungan fungsional pada mesin ataupun sistem produksi supaya dapat beroperasi secara maksimal. Berdasarkan data pada tahun 2018 di stasiun ketel ditemukan kerugian (losses) yang terjadi pada suatu mesin berupa rantai putus dan downtime pada bagasse conveyor, sehingga nilai downtime di stasiun ketel mencapai 181 jam pada bulan Mei hingga Oktober tahun 2018.
Salah satu usaha meningkatkan efektivitas mesin yaitu dengan menggunakan penerapan Total Productive Maintenance (TPM). Total Productive Maintenance adalah suatu kegiatan perawatan yang bertujuan untuk mencapai kinerja efektif pada proses produksi. Tingkat keberhasilan dari TPM diukur dengan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Indikator keberhasilan dari metode ini yaitu dapat mengurangi 6 kerugian atau kegagalan dari sistem produksi yang meliputi breakdown, setup & adjustments, reduce speed, production rejects, startup reject, dan small stops. Untuk mengetahui sebab-akibat yang menunjukkan hubungan atribut kuantitatif dengan permasalahan yang terkait, permasalahan selanjutnya akan ditampilkan ke dalam tulang utama (fish bone) dan penyebab permasalahan akan
ditunjukkan pada lima utama permasalahan yaitu man, method, machine, material, dan lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian nilai OEE tertinggi terjadi pada bulan September yaitu sebesar 98.46%. Dengan nilai dari availability sebesar 98.53%, performance sebesar 99.97%, dan quality sebesar 100%. Nilai OEE terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 68.27%. Berdasarkan standar world class nilai OEE masih sesuai standar. Namun masih terdapat nilai OEE yang rendah, faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai OEE adalah reduce speed losses sebesar 26.62% pada bulan Juni. Faktor ini disebabkan oleh penurunan kecepatan produksi, seperti patahnya kurangnya pengawasan terhadapt pengangkutan bagasse ke conveyor, scrapper, tersangkut batu, dan scrapper bengkok. Dari hasil analisa diagram fishbone diperoleh ukuran scrapper tidak sesuai dengan ukuran through di lapangan sehingga scrapper dapat bengkok. Dari hasil analisa free body diagram diperoleh nilai displacement pada scrapper awal sebesar 6.67 mm dan scrapper usulan sebesar 4.72 mm. Sehingga diusulkan untuk memperpendek ukuran scrapper dari 1.215 mm hingga 1.195 mm, dan perlunya meningkatkan pengawasan pada saat pengangkutan bagasse ke conveyor sehingga tidak terjadi tercampurnya material lain seperti batu ataupun kayu | en_US |