dc.description.abstract | Diabetes melitus (DM) merupakan suatu sindrom dengan terganggunya
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Badan
Federasi Diabetes Internasional (IDF) tahun 2009, memperkirakan kenaikan
jumlah penyandang DM dari 7,0 juta tahun 2009 menjadi 12,0 juta tahun 2030.
Hasil dari studi pendahuluan di puskesmas kecamatan Patrang bulan Mei-Juni
tahun 2012 tercatat 75 orang klien DM Tipe II yang berkunjung dengan usia
penderita antara 30-70 tahun yang tersebar di 7 kelurahan dari total 8 kelurahan di
kecamatan Patrang
Penatalaksanaan DM didasarkan pada rencana diet, latihan fisik dan
pengaturan aktivitas fisik, agen-agen hipoglikemik oral, terapi insulin,
pengawasan glukosa di rumah dan pengetahuan tentang DM dan perawatan diri.
Kegiatan fisik secara teratur terbukti mengurangi sejumlah faktor-faktor risiko
aterogenik. Aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga secara umum terdiri
dari kombinasi 2 jenis aktivitas yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan dan
aktivitas yang bersifat anaerobik. Salah satu contoh olahraga aerobik dan juga
merupakan aktivitas kaki adalah lari santai. Lari santai ini sering disebut dengan
jogging yang merupakan salah satu jenis olahraga aerobik dengan intensitas
sedang. Gerakan jogging sangat berguna bagi daya tahan, kesehatan, dan
kebugaran tubuh. Membiasakan aktivitas kaki dengan kecepatan gerak sekitar 6
km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau
mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jogging
terhadap perubahan kadar gula darah klien DM tipe 2 di Kelurahan Gebang
Wilayah Kerja Puskesmas Patrang. Desain penelitian ini menggunakan pre
eksperimental dengan rancangan One Group Pre test-Post test. Penelitian ini
dilaksanakan di Area sekitar Kelurahan Gebang dengan teknik pengambilan
sampel total sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 11 responden. Penelitian
ini menggunakan uji statistik dependent t-test dengan CI 95%. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah glucotest optium.
Hasil analisis univariat didapatkan bahwa rata-rata umur responden 54,18
tahun, dan mayoritas berjenis kelamin perempuan 63,6% (7 responden), kadar
gula darah responden sebelum melakukan jogging adalah 200,18 mg/dl, kadar
gula darah responden setelah melakukan jogging adalah 191,09 mg/dl. Analisis
data menggunakan t-test dependent pada pengukuran kadar gula darah didapatkan
nilai p value 0,190 yang memiliki selisih rerata antara kadar gula darah pre test
dengan kadar gula darah post test sebesar 9,091mg/dl. Analisis bivariat penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh jogging terhadap kadar gula
darah klien DM tipe II karena p value > p alpha (95% CI).
Pada pengukuran kadar gula darah post test terdapat adanya perubahan
kadar gula darah setelah jogging. Perubahan rerata kadar gula darah post test
sebesar 191 mg/dl. Nilai perubahan kadar gula darah tersebut jika dibandingkan
dengan pengendalian kadar gula darah menurut PERKENI, masih termasuk dalam
kriteria nilai pengendalian buruk karena lebih dari 180 mg/dl. Hal ini
berhubungan dengan beberapa faktor seperti diet makanan, penggunaan obat
hiperglikemik yang mempengaruhi proses jogging dalam mempengaruhi kadar
gula darah klien DM tipe II sehingga dalam melakukan jogging sendiri harus
diikuti dengan penatalaksanaan DM yang lain seperti diet makanan dan terapi obat
hiperglikemik untuk mendapatkan pencapaian kontrol kadar gula drah yang
termasuk dalam pengendalian kadar gula darah baik. | en_US |