Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dengan Menggunakan Metode Min – Max Stock (studi kasus perusahaan jenang mirah di kabupaten ponorogo)
Abstract
Masalah yang sering terjadi pada perusahaan industri adalah masalah
produksi. Salah satu cara penekanan biaya produksi adalah dengan menekan
persediaan bahan baku seminimal mungkin agar menghasilkan persediaan yang
optimal. Untuk menekan persediaan bahan baku agar menghasilkan persediaan
yang optimal dapat dilakukan dengan cara menggunakan metode Min – Max Stock.
Metode Min – Max Stock digunakan untuk mengoptimalkan jumlah bahan baku
pada batas – batas tertentu sehingga akan terhindar dari kelebihan maupun
kekurangan persediaan. Objek dari penelitian ini adalah perusahaan jenang mirah.
Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa jumlah persediaan pengaman yang
di hitung dengan metode Min – Max Stock, yaitu bahan baku ketan sebesar 468 kg,
bahan baku beras sebesar 746 kg, bahan baku gula merah sebesar 319 kg, dan bahan
baku kelapa sebesar 171 butir. Jumlah persediaan minimum bahan baku ketan
sebesar 8.731 kg, bahan baku beras sebesar 9.565 kg, bahan baku gula merah
sebesar 9.382 kg, dan bahan baku kelapa sebesar 4.953 butir. Jumlah persediaan
maksimum bahan baku ketan sebesar 16.490 kg, bahan baku beras sebesar 17.638
kg, bahan baku gula merah sebesar 18.126 kg, dan bahan baku kelapa sebesar 9.584
butir. Jumlah pemesanan kembali bahan baku ketan sebesar 7.759 kg, bahan baku
beras sebesar 8.073 kg, bahan baku gula merah sebesar 10.367 kg, dan bahan baku
kelapa sebesar 7.759 butir. Dengan adanya pengendalian persediaan menggunakan
metode Min – Max Stock membuat biaya opportunity cost yang sebelumnya dialami
oleh perusahaan sebesar Rp. 43.632.000 untuk jenang beras, Rp. 70.860.000 untuk
jenang campur dan Rp. 36.382.500 untuk jenang beras tidak akan terjadi jumlah
karena persediaan bahan baku telah optimal