Pengembangan Agroindustri Pedesaan Berbasis Kopi menuju Produk Specialty Kabupaten Jember
Abstract
RINGKASAN
Pengembangan Agroindustri Pedesaan Berbasis Kopi Menuju Produk Specialty Kabupaten Jember*). Oleh : Dr. Ir. Yuli Hariyati, MS, Dra. Sofia, M.Hum dan Joko Sumarno, SP.
Peluang pengembangan diversifikasi olahan kopi antara lain : tingginya permintaan produk kopi dan olahannya, terbukanya Negara pengimpor, potensi besar sentra produksi on-farm kopi, pengembangan agribisnis kopi dan semakin tersedianya mesin-mesin pertanian. Jenis diversifikasi produk kopi meliputi kopi bubuk, kopi instan, kopi biji matang (roasted coffee), kopi tiruan, kopi rendah kafein (decaffeinated coffee), kopi mix, kopi celup, ekstrak kopi, minuman kopi dalam botol dan produk turunan lainnya.
Masalah utama dari lambannya pengembangan industri hilir kopi di Indonesia berturut turut mulai dari masalah terberat adalah (1) masalah dalam menembus jaringan pasar ekspor produk hilir kopi; (2) kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana; (3) adanya hambatan dalam peraturan khususnya ketenagakerjaan, perpajakan dan perdagangan; (4) kurangnya motivasi dari pengusaha; (5) kekurangan modal; (6) teknologi pengolahan dan pengemasan yang belum dikuasai sepenuhnya; dan (7) kualitas SDM untuk pemasaran produk hilir yang belum memadai.
Mendasarkan pada masalah tersebut, maka peneliti tertarik memfokuskan penelitian pada kajian kurangnya atau rendahnya motivasi pengusaha atau petani kopi rakyat. Hasil akhir penelitian adalah diperolehnya model sinergi yang dapat meningkatkan motivasi petani melakukan diversifikasi olahan produk kopi. Secara detail, permasalahan dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah manajemen produk diversifikasi olahan kopi di tingkat petani Petani kopi Kintamani dan Jember?
2. Bagaimana motivasi petani dalam melakukan diversifikasi produk olahan kopi Petani Kintamani dan Jember?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi petani melakukan diversifikasi produk olahan kopi petani kopi Kintamani dan Jember?
4. Faktor apakah yang menjadi penghambat dan pendorong motivasi petani dalam melakukan diversifikasi produk olahan kopi ?
5. Bagaimanakah rumusan model yang mampu meningkatkan motivasi petani dalam melakukan diversifikasi olahan kopi?
6. Jenis teknologi pengolahan kopi seperti apa yang cocok untuk petani di wilayah Jember?
7. Jejaring kemitraan dan pasar seperti apakah yang mampu memasarkan produk olahan kopi Jember?
Penelitian ini bertujuan untuk mendorong terbentuknya agroindustri pedesaan berbasis kopi guna meningkatkan nilai tambah agroindustri kopi sekaligus mengembangkan produk unggulan specialty kabupaten Jember.
Sasaran penelitian ini adalah produsen kopi yang berada di Desa Sidomulyo kecamatn Silo kabupaten Jember dan petani di desa Belantin Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Propinsi Bali. Unit penelitian adalah petani kopi dengan metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Strata didasarkan pada asal petani kopi yaitu Kintamani atau Silo. Variabel yang dioperasionalkan dalam penelitian ini meliputi variabel pembentuk motivasi, dan variabel aspek teknis, aspek sosial, dan aspek ekonomi yang diduga memiliki hubungan dengan motivasi petani dalam melakukan diversifikasi olahan kopi. Manajemen produk kopi pada petani kopi rakyat di daerah penelitian digunakan analisis diskriptif dengan menguraikan aktivitas petani dalam mengelola pasca panen biji kopi. Metode Likert Summated Ratings digunakan untuk mengukur motivasi petani kopi dalam memproduksi olahan kopi. Analisis rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antara motivasi petani kopi dengan aspek teknis, sosial, dan ekonomi dalam mengusahakan olahan kopi. Force Field Analysis digunakan untuk menjelaskan adanya faktor penghambat dan pendorong pengolahan kopi.
Penelitian ini memperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya : (1) Petani kopi di Kintamani selalu melakukan olah basah terhadap kopi hasil panennya, sedangkan sebagain petani di Jember (Kecamatan Sidomulyo) melakukan olah basah dan sebagian lagi masih melakukan olah kering. Sebagian petani melakukan olah kering dikarenakan kurang tersedianya air dengan cukup, (2) Motivasi petani di Kintamani sangat tinggi dalam melakukan pengolahan basah serta melakukan pengolahan kopi ose menjadi kopi bubuk. Petani di Sidomulyo kurang termotivasi melakukan pengolahan kopi ose menjadi kopi bubuk. Pengolahan kopi bubuk hanya dilakukan pada saat ada permintaan, (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani melakukan diversifikasi produk olahan kopi antara lain : lama usaha, tingkat pendidikan, pendapatan, ketersediaan modal dan usia. (4) Faktor pendorong motivasi petani melakukan diversifikasi olahan kopi diantaranya : Harga jual, Keinginan untuk berkembang, mampu menyerap tenaga kerja, kemasan olahan kopi yang menarik, dan pengenalan olahan limbah kopi. Adapun factor penghambat diversifikasi pengolahan kopi, antara lain : diperlukananya biaya yang tinggi, pemasaran yang terbatas, cuaca yang tidak mendukung, tingginya persaingan pasar, dam bahan baku memadai yang terbatas.