Show simple item record

dc.contributor.authorDian Wahyu Pribadi
dc.date.accessioned2013-12-18T04:14:50Z
dc.date.available2013-12-18T04:14:50Z
dc.date.issued2013-12-18
dc.identifier.nimNIM082310101013
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9884
dc.description.abstractKusta adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat (Depkes RI, 2006). Angka kejadian kusta di dunia menurut WHO pada tahun 2011 yaitu 192.246 kasus (Weekly Epidemiological Report World Health Organization, 2011). WHO menyatakan 25% dari jumlah klien kusta di dunia yang teridentifikasi setiap tahunnya mengalami kecacatan (Susanto, 2006). Wilayah Asia Tenggara menduduki peringkat pertama dari lima wilayah WHO, yaitu dengan jumlah penderita kusta sebanyak 113.750 orang dan angka kecacatan akibat kusta yaitu 6.912 per 100.000 populasi. Indonesia sebagai salah satu wilayah di Asia Tenggara, menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil dengan jumlah pada tahun 2010 adalah 17.012 orang (Weekly Epidemiological Report World Health Organization, 2011). Sebesar 1.822 atau 10,7% dari jumlah kasus kusta tersebut ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 atau cacat yang nampak (Sutriyanto, 2012). Wilayah di Indonesia yang menempati peringkat pertama kasus kusta adalah Jawa Timur. Sebesar 30% klien kusta di Indonesia berasal dari Jawa Timur yang menyebar di Kabupaten Sumenep, Probolinggo, Jember, Pamekasan, Bangkalan, Tuban, Lumajang, Pasuruan, Sampang, dan Situbondo (Dinas Komunikasi dan Informatika Jawa Timur, 2012). Prevalensi kusta di Jawa Timur pada tahun 2010 yaitu 4.684 kasus dengan angka kecacatan sebesar 13% dari seluruh kasus (Dinkes Jatim, 2010). Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten dengan kasus kusta tertinggi di Jawa Timur. Angka kejadian kusta di Kabupaten Jember tercatat 376 kasus, dengan tipe kusta PB atau biasa disebut dengan tipe kering sebanyak 11 orang dan tipe MB 365 orang. Angka kecacatan klien kusta di Kabupaten Jember ix yaitu 73 klien atau 18% dari seluruh kasus kusta di Kabupaten Jember (Dinkes Jember, 2011). Adanya kondisi kecacatan akibat kusta mengindikasikan bahwa penularan kusta di masyarakat masih besar dan penemuan kasus kusta terlambat (Kemenkes RI, 2012). Kecacatan kusta terjadi karena penyakit tidak diobati dengan baik (tidak berobat, tidak taat berobat) dan juga tidak melakukan perawatan diri (Harjanti, 2011). Aktivitas perawatan diri pada klien kusta dapat mencegah kecacatan atau keparahan kecacatan akibat kusta. Diperlukan program atau strategi dalam upaya mendukung peningkatan kemampuan aktivitas perawatan diri pada klien kusta. Salah satu program tersebut yaitu Kelompok Perawatan Diri (KPD). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan aktivitas perawatan diri klien kusta yang aktif dan tidak aktif mengikuti kelompok perawatan diri di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan metode pendekatan cohort. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 40 orang dengan pengambilan sampel yaitu menggunakan cara total sampling, jadi sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Bentuk pengumpulan data dengan melakukan observasi aktivitas perawatan diri klien kusta selama satu minggu mulai tanggal 17 Desember 2012 sampai dengan 24 Desember 2012 secara door to door. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik t-independent untuk mengetahui perbedaan kedua kelompok. Nilai rata-rata aktivitas perawatan diri klien kusta yang aktif mengikuti kelompok perawatan diri sebagian besar memiliki nilai rata-rata aktivitas perawatan diri baik, sedangkan yang tidak aktif sebagian besar memiliki nilai rata-rata aktivitas perawatan diri buruk. Hasil pengolahan data dengan SPSS didapatkan p value (0,000) < α(0.05) yang berarti Ha diterima sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada perbedaan aktivitas perawatan diri klien kusta yang aktif dan tidak aktif mengikuti kelompok perawatan diri di Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa saran yang dapat diterapkan adalah agar masyarakat khususnya klien kusta yang tidak aktif mengikuti KPD menjadi aktif kembali atau bagi klien kusta yang belum mengikuti KPD untuk dapat bergabung dalam KPD. Peran aktif dari pihak instansi kesehatan khususnya puskesmas yaitu untuk mengaktifkan kembali KPD yang belum aktif ataupun membentuk KPD bagi wilayah kerja puskesmas yang belum membentuk KPDen_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries082310101013;
dc.subjectPerawatan Diri Klien Kustaen_US
dc.titlePerbedaan Aktivitas Perawatan Diri Klien Kusta Yang Aktif dan Tidak Aktif Mengikuti Kelompok Perawatan Diri di Kabupaten Jemberen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record