dc.description.abstract | Pemerintah menjadikan Energi Baru Terbarukan (EBT) prioritas utama
untuk mejaga ketahanan dan kemandirian energi. Potensi EBT di Indonesia sangat
besar namun masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Energi angin merupakan
sumber EBT yang ketersediaannya melimpah, densitas energi dan perpindahan
energinya cukup baik. Pengembangan energi angin di Indonesia sangat
memungkinkan untuk dilakukan karena potensi angin di wilayah Indonesia, yang
umumnya merupakan wilayah pesisir, cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai
sumber energi PLTB. Energi angin telah dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber energi
listrik dengan cara mengubah energi angin menjadi energi mekanik, kemudian
energi mekanik akan diubah menjadi energi listrik menggunakan generator. Turbin
angin adalah alat konversi energi angin yang dapat digunakan untuk mengubah
energi angin menjadi energi mekanik dalam bentu putaran dan torsi. Pada Sistem
Konversi Energi Angin (SKEA), terdapat berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja turbin angin. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan
adalah peracangan turbin untuk turbin angin yang meliputi ukuran jari – jari rotor,
penampang airfoil, panjang chord, dan sudut pasang turbin. Penelitian ini akan dilakukan dengan mengambil lokasi di wilayah Pantai
Pancer, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Metode
simulasi digunakan untuk melakukan pendekatan secara komputasi terhadap
kondisi riil yang ada dilapangan sehingga parameter lingkungan dianggap dalam
kondisi steady. Data parameter – parameter lingkungan yang bekerja pada sebuah
tubin angin akan dikumpulkan dan selanjutnya diolah, diharapkan mampu menghasilkan data potensi pembangkitan energi angin menjadi energi listrik yang
dapat diperoleh dari sebuah turbin angin tipe horizontal di wilayah Pantai Puger.
Penelitian ini menggunakan kombinasi beberapa perangkat lunak untuk melakukan
simulasi antara lain: Inventor; QBlade; Microsoft Excel. Dilakukan variasi Angle of
Attact, α = -10 s.d. α = 20 ; Tip Speed Ratio, TSR = 0 s.d. TSR = 10; Pitch Angle, β = 0 s.d. β = 10. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan nilai Coefficient of
performance (Cp) yang tinggi dan Daya output (P) yang mencapai >= 500 W.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Airfoil NACA 4712 memiliki nilai Cl
maksimum = 1.696 pada posisi α = 14o sedangakan airfoil NACA 4412 memiliki
nilai Cl maksimum = 1.628 pada posisi α = 15o sehingga nilai Cl maksimum airfoil
NACA 4712 lebih tinggi daripada airfoil NACA 4412. Airfoil NACA 4712
memiliki nilai maksimum Cl/Cd = 153 pada posisi α = 2o
, sedangakan airfoil
NACA 4412 memiliki nilai maksimum Cl/Cd = 133.5 pada posisi α = 5.5o sehingga
nilai maksimum Cl/Cd airfoil NACA 4712 lebih tinggi daripada airfoil NACA
4412. Kemudian pada Turbin dengan airfoil NACA 4712 nilai maksimum Cp
terjadi pada rentang TSR 5.3 s.d 6.8 yaitu Cp = 0.46, sedangkanTurbin dengan
airfoil NACA 4412 nilai maksimum Cp terjadi pada rentang TSR 5.4 s.d 7.0 yaitu
Cp = 0.48. Pada Sudut pitch 0 derajat turbin menghasilkan daya keluaran yang
paling baik. Turbin angin dengan airfoil NACA 4712 memiliki parameter performa
turbin Cp = 0,49929 dan memperoleh daya 1,15 kW pada kecepatan angin 7,66
m/s, sedangkan Turbin angin dengan airfoil NACA 4412 memiliki parameter
performa turbin Cp = 0,395365 dan memperoleh daya 0.889 kW pada kecepatan
angin 7,66 m/s | en_US |