dc.description.abstract | Kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu komoditi lokal utama daerah
Jember. Mayoritas kopi yang dibudidayakan di daerah Jember merupakan kopi
Robusta. Kopi-kopi tersebut banyak ditanam di berbagai kebun di Jember seperti di
Sidomulyo dan Garahan yang berada di kecamatan Silo, kebun Panti di kecamatan
Panti dan kebun Durjo di kecamatan Sukorambi. Komoditas kopi pada masingmasing
kebun tersebut memiliki citarasa dan aroma yang khas karena dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan gegrafis yang berbeda. Kualitas kopi dapat dilihat dari
citarasa dan aroma saat proses penyeduhan, dimana ukuran bubuk kopi menurut
presepsi Indra manusia juga mempengaruhi kualitas aroma dari seduhan kopi.
Aroma khas kopi dapat digunakan untuk menganalisa kualitas kopi. Gas
sensor array merupakan alat yang dapat digunakan untuk menentukan karaktristik
aroma kopi. Gas sensor array yang digunakan tersusun dari sensor MQ-135, MQ-
2, MQ-3, MQ-6, dan MQ-7 yang dihubungkan dengan arduino UNO. Gas sensor
array kemudian digunakan untuk mengukur aroma yang dihasilkan oleh seduhan
kopi pada erlenmeyer. Kopi robusta Argopuro diseduh dengan variasi ukuran bubuk
halus (<60 mesh), medium (<45 mesh), dan kasar (8-16 mesh). Senyawa volatil
penyusun aroma kopi yang dihasilkan saat kopi diseduh dialirkan menuju chamber
sensor menggunakan pompa vacum. Aroma tersebut kemudian disensor sehingga
diperoleh sinyal analog yang kemudian akan diubah oleh mikrokontroler arduino
menjadi signal digital dan diteruskan ke PC dengan kabel USB. Analit yang
diberikan akan meningkatkan konduktivitas sensor akibat adanya transfer elektron.
Konduktivitas sensor yang meningkat akan menurunkan hambatan, namun
meningkatkan tegangan. Data tegangan yang diperoleh tersebut kemudian dibaca
dan ditampilkan pada aplikasi LabVIEW. Data ini akan dimunculkan pada
LabVIEW setiap 0,5 detik hingga diperoleh 250 data yang kemudian diolah dalam
bentuk angka-angka oleh microsoft excel.
Karakteristik nilai tegangan pengukuran aroma kopi robusta Sidomulyo
dengan sensor tunggal MQ-135, MQ-2, MQ-3, MQ-6, dan MQ-7 secara berturutturut
adalah 1,590; 0,755; 1,822; 1,406; dan 2,448 V. Urutan sensor array disusun
berdasarkan penelitian Ramadhani (2019) pada pengujian kopi Sidomulyo yang
dimulai dari MQ-135, MQ-2, MQ-3, MQ-6 dan MQ-7. Pola respon sensor ketika
diuji secara tunggal dan secara array menunjukkan hasil yang berbeda. Gas sensor
array yang digunakan untuk mengukur aroma kopi robusta Argopuro berdasarkan
variasi ukuran bubuk kopi (halus, medium, dan kasar) menunjukkan bahwa variasi
ukuran bubuk tersebut tidak mempengaruhi pola respon yang dihasilkan. Hasil
tersebut dibuktikan dari hasil analisis ANOVA Single Factor, dimana hasil analisa
ANOVA diperoleh nilai Fhitung yang lebih kecil dibanding Ftabel yakni 0,063<3,885.
Pola respon yang dihasilkan pada setiap pengulangan perdua minggu sekali dalam
jangka waktu dua bulan menunjukkan pola yang sama pada semua ukuran bubuk
kopi. Berdasarkan nilai tegangan yang dihasilkan dari pengukuran sensor tunggal
dan array kemudian digunakan untuk menentukan kinerja sensor. Kinerja sensor
tunggal dan array dilihat berdasarkan repeatability dan reproducibility nya, dimana
kinerja sensor dianggap baik karena memiliki nilai %RSD yang rendah yakni
kurang dari 20%. | en_US |