Show simple item record

dc.contributor.advisorWINARNI, Retno
dc.contributor.advisorWIDUATIE, Ratna Endang
dc.contributor.authorULA, Arina Sunanal
dc.date.accessioned2020-04-02T02:10:47Z
dc.date.available2020-04-02T02:10:47Z
dc.date.issued2019-10-18
dc.identifier.nimNIM150110301041
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/97626
dc.description.abstractBerdasarkan dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab berdirinya pasar salah satunya adalah berkembangnya jumlah penduduk. Pasar merupakan tempat pemenuhan kebutuhan hidup baik primer maupun sekunder. Pada masa kolonial pasar menjadi inti kehidupan pedagang pribumi karena kebutuhan barang secara rutin setiap hari dan tersedianya berbagai macam kebutuhan hidup, akan lebih mudah didapatkan jika tersedia di tempat permanen dan berada di dekat pemukiman penduduk. Sehingga, keberadaan pasar sangat mempengaruhi ekonomi dan sosial masyarakat tersebut. Perkembangan pasar tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan perkebunan, pertanian dan industri, karena rata-rata hasil produksi dari ketiga faktor itu didistribusakan pada pasar tersebut. Pasar Pare merupakan pasar yang memiliki pengaruh penting pada ekonomi masyarakat sekitar, dimana pasar ini telah berkembang pesat karena pengaruh dari faktor-faktor tersebut. Pasar Pare menjadi tempat mata pencaharian masyarakat sekitar Pare maupun daerah lainnya, serta sebagai tempat pemenuhan kebutuhan baik kebutuhan primer maupun sekunder. Perkembangan perkebunan yang cukup tinggi membawa dampak yang signifikan di daerah Pare yakni pertambahan penduduk yang cukup banyak. Sebelum akhir abad ke 19 Pemerintah Kolonial mendirikan kantor wilayah yang dekat dengan perkampungan orang Jawa di wilayah ini. Pada tahun 1879 mulai muncul pasar yang dimilki oleh orang Jawa yang dekat dengan kantor wilayah Pemerintah Belanda, kemudian muncul toko-toko milik orang Cina yang berjajar di jalan utama. Pasar ini berdiri karena permintaan akan kebutuhan hidup masyarakat, meningkatnya jumlah permintaan kebutuhan hidup tidak dapat dipenuhi hanya dari satu komoditas melainkan dari komuditas lainnya. Sehingga Pasar Pare lebih tepatnya Pasar Lama Pare berdiri karena desakan ekonomi dari masyarakat yang harus dipenuhi. Pada tahun 1930 Pasar Lama Pare melemah akibat dari adanya depresi ekonomi. Laju ekonomi dari berbagai bidang melemah baik dari perkebunan, pertanian dan perindustrian. Lemahnya perekonomian di wilayah Pare menyebabkan kemunduran pada Pasar Lama Pare, banyak toko-toko yang tutup dan masyarakat yang bukan asli dari wilayah ini kembali ke daerahnya. Keadaan ini membuat Pasar Lama Pare tidak berjalan kondusif. Banyaknya masalah yang ada di daerah ini menyebabkan tingginya pengangguran dan masyarakat yang semakin melarat, sehingga tahun 1939 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Pasar Baru Pare sebagai proyek WPA (Work Progreess Administration) yakni proyek yang bertujuan untuk memberikan lapangan pekerjaan dan untuk menunjang pasar Jawa sebagai penampungan orang miskin. Pada masa kolonial Pasar Lama Pare awalnya di kelola oleh Etnis Cina, namun tahun 1919 pemerintah kolonial Belanda mengambil alih pengelolaan pasar tersebut, sehingga Pasar Lama Pare langsung dikelola oleh Pemerintah Belanda. Pengelolaan Pasar Lama Pare yang diambil alih oleh pemerintah kolonial berakhir sampai pasar ini melemah akibat depresi ekonomi sehingga pemerintah kolonial membuat pasar yang lebih besar yakni Pasar Baru Pare dengan management pengelolaan dipegang oleh Pemerintah Kabupaten (regentsschap) untuk menangani pasar walapun masih dalam pengawasan pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial membentuk lembaga pasar yang bertugas untuk mengatur dan mengurus pasar. Setelah kemerdekaan pemerintah Kabupaten Kediri memberikan wewenang kepada Dinas Pendapatan Kediri untuk mengelola Pasar Baru Pare. 129 Keberadaan Pasar Baru Pare berpengaruh besar terhadap ekonomi masyarakat dan daerah. Pasar ini memberikan sumbangan pendapatan untuk Daerah Kabupaten Kediri dengan adanya penarikan retribusi. Ekonomi masyarakat Pare dapat terpenuhi karena Pasar Baru Pare memberikan penghasilan kepada mereka dengan berbagai macam profesi yakni pedagang, tukang parkir, penjahit, pengemis, tukang becak maupun kendaraan lain, pengamen dan lainnya. Pada tahun 1989 pasar ini mengalami kebakaran kedua yang cukup besar sehingga sebagian kios-kios pasar hangus terbakar. Peristiwa kebakaran yang cukup besar ini membuat pasar untuk direnovasi dan mengalami perubahan nama menjadi Pasar Pamenang Pare. Setelah perenovasian selesai Pasar Baru Pare di resmikan menjadi Pasar Pamenang Pare pada tanggal 8 September 1994, pasar ini semakin luas dan tertata.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU BUDAYAen_US
dc.subjectSejarah Kedirien_US
dc.subjectPerkembangan daerahen_US
dc.subjectPasar Baruen_US
dc.titlePerkembangan Pasar Baru di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Tahun 1953-1994en_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiIlmu Sejarah
dc.identifier.kodeprodi0110301


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record