dc.description.abstract | Seiring perkembangan situasi persaingan perdagangan produk olahan
kakao, Pusat Pengolahan Kakao Rakyat (PPKR) Jembrana dituntut menjadi usaha
bisnis yang berdaya saing baik dari segi harga maupun mutu, namun saat ini
pemasaran produk skunder kakao yang dihasilkan oleh PPKR Jembrana masih
terbatas pada pasar lokal dengan mutu dan harga yang relatif kurang bersaing.
Tingginya harga produk mengindikasikan adanya penggunaan biaya produksi
yang kurang efisien. Penggunaan biaya yang tidak efisien bisa berasal dari proses
pengolahan yang tidak sesuai standar, sehingga mengakibatkan tingginya biaya
produksi. Untuk memenangkan persaingan, PPKR Jembrana harus dapat
menghasilkan produk bermutu baik dengan harga bersaing. Oleh karena itu
diperlukan penerapan manajemen mutu proses sehingga produk yang dihasilkan
bermutu dan penggunaan biaya selama produksi bisa dioptimalkan agar tercapai
efisiensi. Disisi lain PPKR Jembrana memerlukan sertifikasi mutu untuk
memperoleh pengakuan dari konsumen. Penerapan Good Manufacturing
Practices (GMP) diharapkan dapat semakin mempermudah PPKR Jembrana
menuju sertifikasi GMP dan selanjutnya mempersiapkan diri menuju sertifikasi
ISO 22000. Salah satu elemen pada sistem ISO 22000, yaitu “Tanggung Jawab
Manajemen” dapat menguatkan penerapan manajemen mutu proses dan
mempermudah upaya PPKR Jembrana dalam menghasilkan produk bermutu
secara efisien.
Penelitian ini bertujuan untuk: menganalisis pelaksanaan setiap komponen
Good Manufacturing Practices (GMP) di Pusat Pengolahan Kakao Rakyat
(PPKR) Jembrana berdasarkan Permentan No. 35/Permentan/OT.140/7/2008;
menganalis tingkat efisiensi penggunaan biaya di PPKR Jembrana; mengevaluasi
pelaksanaan GMP berdasarkan efisiensi penggunaan biaya di PPKR Jembrana;
mengidentifikasi ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan PPKR Jembrana
menuju pelaksanaan ISO 22000 klausul Tanggung Jawab Manajemen berdasarkan
nilai efisiensi penggunaan biaya dan komponen GMP yang telah dilaksanakan.
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif analitik meliputi: analisis
pelaksanaan GMP berdasarkan Permentan No.35/Permentan/OT.140/7/2008,
analisis efisiensi penggunaan biaya menggunakan R/C Ratio, evaluasi GMP
berdasarkan R/C, dan analisis TOWS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan GMP
berdasarkan Permentan No.35/Permentan/-OT.140/7/2008 di PPKR Jembrana
adalah sebesar 47% (kategori 3) atau dengan kata lain tingkat pelaksanaan
komponen dan subkomponen GMP di PPKR Jembrana masih sebagian.
Pelaksanaan GMP tersebut disusun oleh komponen (1) Prasarana dan Sarana
59,9%, (2) Proses Produksi 58,1%, (3) Penyimpanan 45,5%, (4) Keamanan dan
Keselamatan Kerja serta Pengelolaan Lingkungan 22,2%, (5) Kesehatan dan
Kebersihan Pekerja 34,5%, (6) Pemeliharaan 28,6%, (7) Pengawasan, Pencatatan,
dan Penelusuran Balik 80%. Dalam 1 tahun produksi, nilai efisiensi (R/C ratio)
PPKR Jembrana adalah sebesar 1,22 yang secara teoritis efisien, namun nilai
tersebut dihasilkan dengan struktur biaya bersubsidi (biaya bahan baku/biji kakao,
gaji karyawan, penyusutan alat, penyusutan mesin, penyusutan bangunan, pajak
bumi dan bangunan, biaya listrik, dan biaya air). Jika subsidi dihapuskan, maka
nilai efisiensi menjadi turun, bahkan menjadi tidak efisien. Dengan penerapan
GMP secara menyeluruh, biaya yang tidak efisien berupa process failure cost dan
product return cost dapat dikurangi, sehingga efisiensi penggunaan biaya
meningkat dari 1,22 menjadi 1,43 (meningkat sebesar 17,01% dari nilai efisiensi
awal). Berdasarkan matriks strategi TOWS, efisiensi biaya dapat ditingkatkan
melalui penerapan komponen-komponen GMP sehingga akan memudahkan
PPKR Jembrana menuju sertifikasi GMP dan selanjutnya mempersiapkan diri
menuju sertifikasi ISO 22000 | en_US |