Show simple item record

dc.contributor.advisorHAKAM, Mulia
dc.contributor.advisorSISWOYO
dc.contributor.authorNAFIAH, Selasih Ilmi
dc.date.accessioned2019-12-02T07:45:06Z
dc.date.available2019-12-02T07:45:06Z
dc.date.issued2019-07
dc.identifier.nimNIM152310101237
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id//handle/123456789/96544
dc.description.abstractTindakan pembedahan merupakan suatu pengalaman yang sulit karena dianggap sebagai peristiwa yang menegangkan pada hampir semua pasien. Sehingga selain dapat menimbulkan gangguan fisik juga dapat menimbulkan masalah psikologis. Pre operative merupakan tahap awal pembedahan dimana pasien akan menghadapi berbagai stres psikologis dengan tingkat stressor yang berbeda-beda seperti rasa cemas, takut, dan khawatir karena berbagai anggapan pasien maupun keluarga terhadap pembedahan. Hal ini dapat mengakibatkan pasien mengalami masalah psikologis salah satunya gangguan tidur yang mana berkontribusi terhadap kualitas tidur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik pasien dan tingkat kualitas tidur pada pasien pre operative di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif eksploratif dimana tingkat kualitas tidur sebagai variabel dependen. Pengambilan sampel penelitian sebanyak 95 pasien dengan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari 7 indikator kualitas tidur. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien pre operative memiliki kualitas tidur buruk yakni sebesar 90,5% atau 86 orang. Indikator kualitas tidur yang menunjukkan kontribusi paling besar terhadap buruknya kualitas tidur ialah efisiensi tidur dimana sebanyak 82 orang (86,3%) memiliki efisiensi tidur yang sangat buruk. Kondisi tersebut terjadi pada pasien yang tidak mampu menangani stres yang dihadapinya (faktor psikologis seperti cemas dan khawatir terhadap pembedahan) dan adanya perubahan lingkungan yang mendadak sehingga mengakibatkan terganggunya irama sirkadian tubuh dan menyebabkan tahapan tidur tidak optimal yakni pada tahap 4 NREM dan REM. Akibatnya, muncullah berbagai masalah tidur dimana hal ini membuat pasien akan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur dari pada waktu untuk tidur. Uraian tersebut merupakan tanda efisiensi tidur yang sangat buruk. Kualitas tidur memiliki peran penting pada pasien pre operative. Hal ini karena kualitas tidur yang buruk dapat berkaitan dengan peningkatan hormon katekolamin yang memiliki pengaruh terhadap sistem kardiovaskularr. Kualitas tidur yang buruk pada pasien pre operative dapat berdampak pada terjadinya penundaan bahkan pembatalan operasi, risiko intra operative, memperlambat pemulihan, dan komplikasi pasca operasi. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa kualitas tidur optimal pada pasien pre operative belum tercapai. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi perawat untuk mampu menginformasikan dengan baik terkait pembedahan dan kebutuhan tidur sehingga pasien dapat mengidentifikasi secara mandiri hal-hal yang mempengaruhi kualitas tidur dan mengekpresikan hal tersebut kepada perawat. Selain itu, perawat dapat melakukan modifikasi lingkungan, melakukan edukasi terkait pembedahan dan kebutuhan tidur, serta melakukan terapi keperawatan seperti terapi SEFT agar kualitas tidur dapat terkelola dengan baik.en_US
dc.language.isoInden_US
dc.publisherKEPERAWATANen_US
dc.subjectKualitas Tiduren_US
dc.subjectPasien Pre Operativeen_US
dc.subjectRumah Sakiten_US
dc.titleGambaran Tingkat Kualitas Tidur pada Pasien Pre Operative di Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jemberen_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.prodiKEPERAWATAN
dc.identifier.kodeprodi2310101


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record