Show simple item record

dc.contributor.authorRima Nusba Ayunina
dc.date.accessioned2013-12-17T07:30:36Z
dc.date.available2013-12-17T07:30:36Z
dc.date.issued2013-12-17
dc.identifier.nimNIM081810301031
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/9509
dc.description.abstractINGKASAN Pemanfaatan Kitosan dalam Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat (Slow Release Fertilizer); Rima Nusba Ayunina, 081810301031; 2013; 51 halaman; Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember. Controlled Release System (CRS) merupakan suatu teknik untuk mengatur laju pelepasan suatu senyawa pada suatu bahan aktif yang dikendalikan sesuai dengan kebutuhan molekul target dengan cara memperpanjang waktu pelepasan. Aplikasi CRS telah digunakan dalam berbagai bidang baik dalam bidang industri, farmasi maupun pertanian. Indonesia sebagai negara agraris, budidaya tanaman pertanian di Indonesia masih menggantungkan sepenuhnya pada pupuk. Namun demikian, pemakaian pupuk selama ini masih menggunakan pupuk secara konvensional yang dinilai memiliki beberapa kelemahan yaitu rendahnya efisiensi pemupukan dan menimbulkan masalah pada lingkungan. Oleh karena itu dibuat pupuk slow release dengan mencampurkan kitosan dan urea sebagai bahan aktif. Asam oksalat ditambahkan sebagai crosslinker guna memperbaiki mekanik pupuk SRF. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asam oksalat terhadap sifat fisika dan kimia pupuk SRF. Data IR menjelaskan bahwa kitosan dengan perlakuan asam oksalat memiliki karakteristik serapan yang hampir sama dengan puncak-puncak serapan pada kitosan murni. Namun, ada perubahan puncak serapan pada perlakuan asam oksalat 0,5%; 1,5% dan 2% pada daerah bilangan gelombang sekitar 1575 cm yang mengindikasikan terjadi ikat silang antara kitosan dengan asam oksalat, tetapi pada perlakuan asam oksalat 1% puncak disekitar 1575 cm vii -1 muncul seperti pada kitosan murninya yang mengindikasikan tidak terjadi ikat silang. Namun demikian, -1 diperlukan data tambahan untuk menjelaskan hasil perubahan kitosan dari perlakuan asam oksalat yaitu data dari derajat swellingnya. Wenten (1999) mengatakan Rasio crossinker mempengaruhi karakter swelling hidrogel, semakin besar rasio crosslinker maka struktur hidrogel akan semakin rapat sehingga derajat swelling semakin menurun. Namun kenyataannya hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam oksalat derajat swelling yang dihasilkan semakin besar, hal ini menandakan bahwa tidak terjadi ikat silang antara kitosan dengan asam oksalat. Pelepasan urea pada pupuk SRF dianalisis menggunakan analisis N total menggunakan metode kjedahl. Urea yang bertindak sebagai bahan aktif akan terdispersi di dalam matriks kitosan, ketika pupk SRF direndam di dalam air maka akan terjadi proses difusi molekul air yang akan tertahan di dalam matriks polimer yang tidak dapat larut. Adanya tekanan osmotik dalam matriks akan mendorong molekul air dan membawa urea keluar dari matriks kitosan. Kenaikan konsentrasi asam oksalat mengakibatkan pelepasan Nitrogen dari pupuk SRF semakin besar. Hal ini mempunyai kecenderungan yang sama dengan pengukuran derajat swellingnya. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah penambahan asam oksalat dengan konsentrasi 0,5%; 1%; 1,5% dan 2% dalam kitosan tidak menghasilkan suatu ikat silang, namun membentuk matriks kitosan dengan sifat fisik yang berbeda. Terjadi kecenderungan yang bersesuaian antara derajat swelling dengan kadar pelepasan N total pupuk SRF seiring dengan meningkatnya konsentrasi asam oksalat.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries081810301031;
dc.subjectKITOSANen_US
dc.titlePEMANFAATAN KITOSAN DALAM PELEPASAN NITROGEN DARI PUPUK TERSEDIA LAMBAT (SLOW RELEASE FERTILIZER)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record