Analisis Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi Pada Kejadian Intoleransi Glukosa Gestasional dan Diabetes Mellitus Gestasional di Wilayah Perkotaan Jember
Abstract
Ibu hamil mempunyai risiko yang tinggi terjadinya intoleransi glukosa
gestasional (IGG) dan diabetes mellitus gestasional (DMG). Perubahan hormon
kehamilan dan perubahan metabolisme merupakan penyebab glukosa cenderung
tinggi. Pemeriksaan laboratorium ibu hamil di Puskesmas dilakukan 1 kali pada
pemeriksaan awal (pemeriksaan Hb, golongan darah, protein urin dan PPIA) atau
dilakukan jika ada indikasi. Faktor gaya hidup masyarakat perkotaan yang
cenderung tidak sehat serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi pada penyakit diabetes mellitus, oleh karena itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait analisis faktor yang dapat dimodifikasi
dengan kejadian IGG dan DMG di wilayah perkotaan Jember.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian
cross sectional. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari,
Puskesamas Kaliwates dan Puskesmas Patrang pada bulan Oktober-Desember
2017. Data dikumpulkan dari 96 ibu hamil yang tinggal di wilayah kerja ketiga
puskesmas tersebut. Metode sampling dengan consecutive sampling. Metode
pengumpulan data dengan wawancara, kuesioner dan pemeriksaan kadar gula
darah. Analisis data berupa analisis univariat, analisis bivariat dengan
menggunakan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik
ganda.
Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan berat
badan (nilai p = 0,001), aktivitas fisik (nilai p= 0,000), dan diet (nilai p = 0,000)
dengan kejadian IGG dan DMG, sedangkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan tekanan darah (nilai p = 0,145) dan merokok (nilai p= 0,947) dengan
kejadian IGG dan DMG. Faktor yang paling berhubungan dengan kejadian IGG
dan DMG adalah aktivitas fisik dengan nilai p=0,000 dengan peluang 0,176 kali
terjadi IGG dan DMG.
Adanya hubungan berat badan dengan kejadian IGG dan DMG dikarenakan
usia kehamilan lebih dari 24 minggu, nafsu makan mulai normal, plasenta sudah
mulai bekerja maksimal sehingga ibu hamil merasakan sering cepat lapar dan
makan 2 kali porsi dibandingkan sebelum hamil. Aktivitas fisik berhubungan
signifikan dengan kejadian IGG dan DMG karena semakin besarnya uterus pada
UK >24 minggu membuat ibu hamil merasa semakin berat untuk menopang
tubuhnya dan cepat lelah jika digunakan untuk beraktivitas fisik seperti olahraga.
Ibu hamil lebih banyak menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas sedentari
seperti menonton tv dan beristirahat. Diet berhubungan signifikan dengan
kejadian IGG dan DMG karena ibu hamil mengkonsumsi karbohidrat seperti nasi
untuk sekali makan 1,5-2 piring/porsi lebih banyak daripada biasa. Ibu hamil ratarata
tidak memperhatikan kecukupan gizi yang dikonsumsi seperti lauk pauk,
sayur dan buah, terutama konsumsi buah rata-rata hanya seminggu sekali. Faktor
paling berhubungan adalah aktivitas fisik dikarenakan beraktivitas fisik
mempunyai beberapa keuntungan yang didapatkan terkait kontrol glukosa dalam
tubuh yaitu, pengurangan penimbunan asam lemak yang menyebabkan sel kurang
respon terhadap insulin, tekanan darah menjadi terkontrol, terhindar dari berat
badan berlebih dan obesitas yang dapat menyebabkan sindroma metabolik kronik,
serta mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian IGG dan DMG antara lain berat badan, aktivitas fisik dan diet,
sedangkan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian IGG dan DMG
adalah aktivitas fisik.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]