dc.description.abstract | Hipertensi merupakan gangguan kardiovaskular dengan tingkat prevalensi yang tinggi (WHO, 2009). Hipertensi memiliki indikasi peningkatan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama (presisten) dapat menyebabkan gagal jantung, kerusakan ginjal, serangan stroke, angina pectoris, dan lain-lain (Chataut dkk., 2011).
Diltiazem HCl salah satu obat anti hipertensi golongan calcium channel blocker. Diltiazem HCl memiliki waktu paruh yang pendek yaitu 4 jam. Pemberian diltiazem HCl per oral menyebabkan bioavailabilitas rendah (40%) karena mengalami first pass metabolism di hepar (Sweetman, 2009).
Rute pemberian obat secara buccal memiliki keuntungan mengurangi adanya first pass metabolisme, menghindari pra eliminasi pada gastroinstestinal, memiliki serapan obat yang lebih cepat ke sirkulasi sistemik dan meningkatkan bioavailabilitas agen terapeutik (Preis dkk., 2014). Sediaan buccal film lebih fleksibel dan nyaman digunakan, selain itu menghindari waktu tinggal yang singkat daripada gel pada mukosa yang mudah hanyut dan dikeluarkan oleh air liur. Buccal film yang ideal harus fleksibel, elastis, dan lembut namun tidak mudah terlepas. Selain itu, juga harus memiliki kekuatan bioadhesive yang baik sehingga dapat ditahan di mulut untuk durasi yang diinginkan (Peh dan Wong, 1999).
Faktor yang mempengaruhi efektifitas sediaan film yaitu swelling index, kekuatan mucoadhesive, dan durasi mucoadhesive. Sifat-sifat tersebut dipengaruhi oleh polimer yang digunakan. Buccal film memerlukan polimer yang bersifat mucoadhesive dan memiliki sifat mekanik yang baik yaitu kuat dan lentur. Pada penelitian ini digunakan kombinasi polimer HPMC dan PVP dalam sediaan buccal film mucoadhesive diltiazem HCl. HPMC merupakan salah satu polimer yang memiliki kemampuan mengembang yang tinggi. Banyak sediaan aplikasi farmasetis menggunakan HPMC karena sifatnya yang mudah digunakan, baik dalam membentuk film, fleksibel, biodegradable dan biokompatible (Byun dkk., 2012). HPMC merupakan bioadhesive agent yang memiliki kapasitas mengabsorbsi air yang baik dan tidak mudah tererosi oleh air ludah (Garg dan Kumar, 2007). Sedangkan PVP memiliki fungsi sebagai polimer yang dapat mengontrol pelepasan zat aktif, meningkatkan elastisitas, mempunyai sifat mucoadhesive dan dapat membentuk lapisan film (Patel dkk., 2015). Berdasarkan penelitian sebelumnya, kombinasi HPMC dan PVP dipilih karena berpengaruh terhadap ketahanan pelipatan, pelepasan obat, indeks swelling, dan sifat mucoadhesive sediaan film (Patel dkk., 2015).
Hasil pengujian swelling index menunjukkan nilai FAB>FA>FB>F1 dengan nilai swelling index berturut-turut yaitu 3,892, 3,677, 3,179, 3,027. Hasil kekuatan mucoadhesive menunjukkan nilai kekuatan FAB>FA>FB>F1 dengan nilai kekuatan mucoadhesive berturut-turut yaitu 42,03, 32,8, 23,93, 15,6. Hasil dari pengujian durasi mucoadhesive in vitro didapatkan hasil yaitu FAB>FA>FB>F1 dengan nilai waktu berturut-turut yaitu 330,33 menit, 287,66 menit, 234,66 menit, 194,33 menit. Hasil dari pengujian swelling index, kekuatan mucoadhesive, dan durasi mucoadhesive in vitro ini kemudian dianalisis dengan menggunakan software design expert versi 11. Hasil yang ditunjukkan dari analisis menggunakan software design expert ini yaitu terdapat 3 solusi dengan formula terpilih FAB sebagai formula optimum. Formula optimum FAB ini kemudian diuji Verifikasi dan Karakterisasi. Hasil uji Verifikasi didapatkan hasil tidak berbeda bermakna antara hasil percobaan dengan prediksi dari software design expert yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi >0,05. Hasil uji FTIR menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara polimer dan bahan aktif dalam sediaan buccal film diltiazem HCl. Hasil uji pelepasan menunjukkan bahwa film diltiazem HCl telah terlepas dari sediaan sekitar 97,847% setelah waktu ke 360 menit mengikuti pelepasan tipe Higuchi dan orde nol | en_US |