dc.description.abstract | Non-Steroidal Anti Inflamatory Drug (NSAID) merupakan golongan obat antiinflamasi yang dapat mengatasianyeri padaainflamasi (Islamiaty dkk., 2018). Ibuprofen merupakan salah satu obat golongan NSAID yang digunakan untuk mengatasi nyeri serta inflamasi pada penyakit rheumatoid arthritis dan osteoarthritis (Garzón dan Martínez, 2004). Penggunaan ibuprofen secara per-oral dapatamenyebabkanatukakalambung, pendarahan gastrointestinal, mual, dan diare maka rute transdermal yang merupakan rute pemberian obat melalui kulit dianggap efektif untuk mengurangi first-pass metabolism sehingga dapat mengurangi efek samping obat dan juga bisa meningkatkan kepatuhan dari pasien (Aggarwal dkk., 2014).
Ibuprofen dapat dikatakan memenuhi syarat untuk sediaan transdermal karena mempunyai bobot molekul 206,3 dalton, LogP 3,6, serta tidak mengiritasi jika digunakan melalui kulit (Beetge dkk., 2000). Melihat dari karateristiknya, ibuprofen termasukagolongan BCS (Biopharmaceutical Classification System) kelas II yang berarti obat memiliki kelarutan yang rendah namun permeabilitasnya tinggi (Sweetman, 2009), sediaan transdermal yang cocok untuk ibuprofen guna menutupi kelemahan ibuprofen dalam hal kelarutannya ialah nanoemulsi.
Nanoemulsi termasuk sistem yangastabil secara termodinamika yang tersusun dari dua fase yang bercampur, yaitu fase minyak dan fase air (Muzaffar dkk., 2013). Pembentukan sistem nanoemulsi minyak dalam air (O/W) atau air dalam minyak (W/O) memerlukan tiga komponen penting yaitu fase air, fase minyak, serta surfaktan (Schwarz dkk., 2012). Dalam penelitian ini fase minyak yang dipakai ialah minyak anisi, surfaktannya menggunakan Tween 80 dan Lesitin, dan fase airnya menggunakan akuades. | en_US |