Show simple item record

dc.contributor.authorRosyidah, Malikatur
dc.date.accessioned2019-10-24T02:09:52Z
dc.date.available2019-10-24T02:09:52Z
dc.date.issued2019-07-12
dc.identifier.nim152210101154
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/93627
dc.description.abstractPenyakit infeksi menjadi kontributor morbiditas dan mortalitas yang cukup besar di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satu cara mengatasi penyakit infeksi karena bakteri adalah menggunakan antibiotik. Sejauh ini penggunaan antibiotik di negara berkembang mengalami peningkatan sebesar 36% pada tahun 2000-2010. Penggunaan antibiotik yang tinggi ini tidak hanya terjadi pada pasien dewasa, namun juga terjadi pada pasien anak. Hal ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan, salah satunya risiko resistensi antibiotik. Risiko resistensi antibiotik dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya peresepan yang tidak optimal, penggunaan antibiotik secara bebas tanpa resep, kegagalan menghabiskan antibiotik, penggunaan antibiotik terlalu lama, dan penyalahgunaan antibiotik secara berlebihan. Diperlukan evaluasi untuk mengatasi risiko resistensi antibiotik, salah satunya dengan melakukan evaluasi secara kuantitatif menggunakan metode ATC/DDD. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasi secara deskriptif menggunakan desain penelitian cross-sectional serta pengambilan data secara retrospektif. Sampel yang digunakan merupakan digital catatan rekam medis pasien anak rawat inap di Bangsal Asoka RSUD Bangil tahun 2017 yang berjumlah 402 sampel. Sampel ini kemudian dianalisis menggunakan metode ATC/DDD yang didukung oleh hasil wawancara dan data peta kuman. Hasil penelitian pada karakteristik pasien anak berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh laki-laki dengan persentase 54,2%. Rentang usia didominasi oleh pasien anak usia 1 bulan – 2 tahun dengan persentase 52,2%. Sedangkan diagnosis penyakit anak mayoritas adalah diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin yaitu sebesar 15,3% dengan metode pembiayaan yang paling banyak digunakan adalah BPJS yaitu sebesar 40,3%. Dari 3730 peresepan antibiotik, ampicillin-sulbactam merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 16,3%. Hasil evaluasi antibiotik dengan metode ATC/DDD diperoleh nilai DDD total antibiotik sebesar 66,1 DDD/100 patient days. Jenis antibiotik yang memiliki nilai DDD tertinggi adalah ceftriaxone yaitu 10,3 DDD/100 patient days. Sedangkan jenis antibiotik yang memiliki nilai DDD terendah adalah spiramycin yaitu 0,04 DDD/100 patient days. Berdasarkan data olahan dari tim PPI, profil peta kuman RSUD Bangil memiliki total isolat bakteri yang paling sering dikultur yaitu Staphylococcus aureus, Acinobacter, dan Escherichia coli. Sedangkan bakteri penyebab penyakit terbesar di Bangsal Asoka adalah Escherichia coli dan Enterobacter cloacae, dimana bakteri ini memiliki angka resistensi 100% pada antibiotik ampicillin.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Farmasi Universitas Jemberen_US
dc.subjectPenggunaan Antibiotiken_US
dc.subjectMetode ATC/DDDen_US
dc.titleEvaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Di Bangsal Asoka RSUD Bangil Periode Tahun 2017 Dengan Metode ATC/DDDen_US
dc.typeThesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record