Hubungan Psikologis dan Gaya Hidup terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Jalan di RSU PTPN X Jember Klinik
Abstract
Penyakit Jantung merupakan kondisi patologis arteri koronaria yang
ditandai dengan penimbunan abnormal lipid atau bahan lemak dan jaringan
fibrosa di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan perubahan struktur dan
fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung.
Desain penelitian ini menggunakan observasi analitik dengan pendekatan
case control. Responden dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu responden
kasus dan responden kontrolm asing-masing berjumlah 57 responden yang
semuanya adalah pasien rawat jalan poli jantung di RSU PTPN X Jember Klinik.
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah systematic random
sampling. Analisis data diolah menggunakan uji statistik regresi logistic.Hasil
analisis data penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan stress terhadap
penyakit jantung koroner (p-value = 0,003 ), terdapat hubungan antara depresi
terhadap penyakit jantu koroner (p-value = 0,006), tidak terdapat hubungan antara
konsumsi kopi terhadap penyakit jantung koroner (p-value = 0,444), tidak terdapat
hubungan antara konsumsi rokok terhadap penyakit jantung koroner (p-value =
0,927), terdapat hubungan antara aktifitas fisik terhadap penyakit jantung koroner
(p-value = 0,009).
Stress yang dialami responden tergolong stress sedang. Pasien mudah
terombang-ambing ketika menghadapi masalah, merawat suami yang terkena
stroke dan orangtua sakit, kemudian kematian pasangan hidup, kematian saudara
dekat responden, adanya penurunan kesehatan yang dialami anggota keluarga sering mengalami kesulitan tidur dan sering mengalami sakit misalnya sakit
kepala dan punggung. Depresi yang diamalami responden tergolong berat
dikarenakan bahwa responden mengalami berbagai masalah diantaranya sering
mengalami putus asa, menyalahkan diri sendiri dan merasa mengecewakan orangsering mengalami kesulitan tidur dan sering mengalami sakit misalnya sakit
kepala dan punggung. Depresi yang diamalami responden tergolong berat
dikarenakan bahwa responden mengalami berbagai masalah diantaranya sering
mengalami putus asa, menyalahkan diri sendiri dan merasa mengecewakan orang lain, merenungkan tentang perbuatan dosa dimasa lalu, mengeluh sulit tiap tidur
malam, mengalami agitasi (gelisah), mudah tegang dan khawatir, nyeri kepala,
dan mual. Maka dari itu stress dan depresi dapat meningkatkan kejadian penyakit
jantung koroner.
Tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi terhadap penyakit jantung
koroner dimungkinkan karena hanya melihat kuantitas, tidak memperhitungkan
dari kualitas kafein dan jenis kopi, selain itu intensitas pasien meminum kopi
(tidak aktif meminum kopi). Sebagian mereka mengkonsumsi kopi 1-2 cangkir
setiap hari dan sebagian responden lain, mereka mengkonsumsi kopi ketika ada
keinginan saja atau tidak setiap hari, itupun setengah atau satu cangkir.
Tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi terhadap penyakit jantung
koroner dimungkinkan responden pada kelompok kasus dan kontrol yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi rokok lebih rendah daripada responden yang
tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi rokok walaupun perbedaannya tidak
signifikan, kemungkinan lain bisa disebabkan karena tidak diperhitungkan
kualitas dari nikotin yang terkandung dalam rokok, dan didalam rokok terdapat
zat akti oksidan yang tidak berbahaya bagi tubuh. Selanjutnya, variabel konsumsi rokok dinilai dari 10 tahun sebelum responden terkena penyakit jantung koroner,
sehingga dimungkinkan responden telah berhenti lama sebelum terkena penyakit
jantung koroner dan lokasi penelitian yang berbeda. Faktor utama penyakit
jantung koroner tidak hanya disebabkan oleh merokok tetapi disebabkan
multifaktoral atau berbagai macam faktor antara lain stress, depresi, maupun
aktifitas fisik yang kurang. Selain itu responden melakukan aktifitas fisik ringan
antara lain menonton tv, kegiatan beribadah, berbaring, menyapu, duduk, mencuci
piring, berjalan perlahan, dan di sisi lain responden mengkonsumsi makanan yang
tinggi lemak seperti udang, daging dan santan. Aktifitas fisik yang kurang atau
bahkan tidak sama sekali dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Gaya hidup
sedentary adalah gaya hidup dimana aktifitas fisik sangat minimal atau kurang,
sedangkan beban kerja mental maksimal atau berat.
Saran yang dapat diberikan kepada Dinas terkait adalah memberikan
sosialisasi kepada masyarakat terkait faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner yang dilakukan secara terus-menerus guna menurunkan kejadian penyakit jantung
koroner yang merupakan salah satu penyakit yang memiliki risiko kematian
tinggi.
Collections
- MT-Sciences of Health [112]