Show simple item record

dc.contributor.advisorAMELIANA, Lidya
dc.contributor.advisorWULANDARI, Lestyo
dc.contributor.authorALMAWADAH, Alik
dc.date.accessioned2019-09-09T08:49:39Z
dc.date.available2019-09-09T08:49:39Z
dc.date.issued2019-09-09
dc.identifier.nim152210101034
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92677
dc.description.abstractKetombe adalah keadaan di mana terjadi pengelupasan lapisan tanduk secara berlebih pada kulit kepala dan membentuk sisik-sisik yang halus (Malonda dkk., 2017) .Ketombe muncul berupa rasa gatal yang disebabkan oleh infeksi jamur dengan skuam berwarna putih abu-abu dalam jumlah banyak yang dapat mengakibatkan berkurangnya kenyamanan dalam beraktivitas (Budiman dkk., 2015). Jamur Candida albicans merupakan jamur yang dapat menyebabkan ketombe sebesar 50%, diikuti dengan 24% Aspergillus niger, 16% Cryptococcus spp dan 10% Penicillum spp. dibuktikan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Roselin, (2015) pada sampel ketombe yang diambil dari 50 relawan dengan rentang usia mulai dari 18 tahun hingga 25 tahun dan diketahui bahwa Candida albicans merupakan jamur utama penyebab ketombe. Ketombe dapat diobati dengan sampo antiketombe, namun penggunaan zat antiketombe kimia dalam sampo dapat menyebabkan beberapa efek samping. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan agen antiketombe alam seperti minyak atsiri yang diambil dari tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) yang kemudian diformulasikan menjadi sampo antiketombe. Digunakan minyak sereh wangi karena mengandung sitronelal yang mempunyai aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. Minyak sereh wangi diambil menggunakan metode destilasi uap, untuk menentukan kualitas minyak sereh wangi hasil destilasi maka dilakukan beberapa pengujian diantaranya yaitu indeks bias, bobot jenis dan kandungan sitronelal minyak. Dilakukan pengujian KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) sampo untuk mengetahui konsentrasi terendah dari sampo yang masih dapat menghambat pertumbuhan Candida albucans. Jenis penelitian yang dilakukan adalah true experimental laboratories. Pada uji KHM dilakukan dengan metode difusi sumuran, digunakan sampo dengan konsentrasi minyak 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%, kontrol negatif yaitu basis sampo tanpa minyak sereh wangi (F0) dan sampel antiketombe yaitu sampo antiketombe yang beredar di pasaran. Didapatkan KHM sampo terhadap Candida albicans yaitu sebesar sampo dengan konsentrasi minyak 2%. Kemudian dibuat sampo dengan konsentrasi minyak sereh sebesar 4% (F1), 6% (F2), dan 8% (F3) untuk uji aktivitas antijamur serta uji sifat fisika kimia sampo yang meliputi uji organoleptis, pH, viskositas, dan tinggi busa. Data organoleptis dan KHM dianalisis secara deskriptif. Data viskositas, tinggi busa dan pH dianalisis secara statistik dengan metode Oneway ANOVA untuk mengetahui perbedaan bermakna antar kelompok. Hasil pengujian organoleptis menunjukkan bahwa konsentrasi minyak sereh wangi dapat mempengaruhi warna, bau, dan bentuk sampo. Pada uji viskositas, pH dan tinggi busa diketahui bahwa semakin besar konsentrasi minyak sereh wangi maka semakin rendah viskositas, pH dan tinggi busa sediaan sampo. Uji aktivitas antijamur sampo menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi minyak sereh wangi dalam sampo maka semakin besar pula aktivitas antijamur yang dihasilkan. Diameter hambat sampo F0 < F1 < F2 < F3. Hasil uji Oneway ANOVA menunjukkan perbedaan yang signifikan pada data viskositas, pH, dan tinggi busa antara F0, F1, F2 dan F3. Hasil uji Oneway ANOVA menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada aktivitas antijamur semua sampo yang meliputi F0, F1, F2, F3 dan sampo sampel (S).en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectTanaman sereh wangien_US
dc.subjectFarmasetikaen_US
dc.subjectCandida albicansen_US
dc.titlePengaruh Konsentrasi Minyak Sereh Wangi (Cymbopogon nardus (L.) Rendle) terhadap Kualitas Sampo dan Uji Aktivitas Antijamur Candida albicansen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record